Resensi Buku Dongeng Anak - Menguji Yang Bersyukur

Resensi oleh siswa kelas VI A SD Labschool Unnes Semarang yang terdiri dari:
1. Nabeel Alfi
2. Muhammad Agus
3. Farrel Afif Wijaya
4. Ahrensyah Rau Pulungan

Menguji Yang Bersyukur

Identitas Buku:

Judul Buku : Dewa Arka dan Dewa Arki
Penulis : Utamir
Editor : Mujiana A Kadir dan Antonius Bowo Wasono
Artistik : Stefanus Y.A. Djoh
Penerbit : Gradasi dan Tinta Institute
Tahun Terbit : 2005

"Sikap kikir dan serakah membuat orang tidak bersyukur dan menjadikan hidup terperosok dalam jurang penderitaan. Karena itu, kita harus dermawan dan tidak serakah."

Pada zaman dahulu, ada dua dewa bernama Dewa Arka dan Dewa Arki. Mereka sangat berkuasa dan mengatur langit dan bumi. 

Pada suatu hari, Dewa Arka yang kedudukannya lebih tinggi dari Dewa Arki, memerintahkan kepada Dewa Arki untuk turun ke bumi menemui 3 orang manusia. Mereka adalah orang yang taat kepada Dewa. Setiap hari mereka berdoa kepada Dewa, tak jarang dengan berlinang air mata. Oleh sebab itu, Dewa Arka jatuh kasihan kepada mereka.

Mereka bertiga adalah Kurip, Panjul, dan Blando. Ketiga orang itu cacat. Si Kurip menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, Si Panjul kepalanya tidak dapat tumbuh rambut, sedangkan Si Blando matanya buta karena pada waktu kecil matanya terkena tanduk kerbau.

Dewa Arki menemui ketiga orang itu. Mula-mula, Dewa Arki menemui si Kurip dan bertanya, "Jika Dewa yang selalu kau agungkan itu hendak menurunkan karunia untukmu, apakah yang kamu inginkan?" Si Kurip menjawab, "Saya ingin kulit saya sembuh seperti sedia kala dan diberi kekayaan yang banyak." Dewa pun mengabulkan permintaan si Kurip.

Kemudian, Dewa Arki menemui si Panjul dan mengutarakan pertanyaan yang sama. "Jika Dewa yang selalu kau agungkan itu hendak menurunkan karunia untukmu, apakah yang kamu inginkan?" Si Panjul menjawab, "Saya ingin rambut saya tumbuh lebat dan indah dan diberi kekayaan yang banyak." Dewa pun mengabulkan permintaan si Panjul.

Terakhir, Dewa menemui si Blando dan bertanya, "Jika Dewa yang selalu kau agungkan itu hendak menurunkan karunia untukmu, apakah yang kamu inginkan?" Si Blando menjawab, "Saya ingin mata saya sembuh seperti sedia kala sebelum ditanduk kerbau, dan saya diberi kekayaan yang banyak." Dewa pun mengabulkan permintaan si Blando.


Beberapa bulan kemudian, melihat Kurip, Panjul, dan Blando telah hidup bahagia, Dewa Arka berkata kepada Dewa Arki bahwa ia ingin menguji tiga orang itu, siapakah di antara mereka yang bersyukur atas karunia Dewa.

Dewa Arki pun kembali turun ke bumi. Kali ini dia tidak turun berwujud Dewa, tetapi berwujud manusia biasa yang compang-camping seperti pengemis.

Mula-mula Dewa Arki mendatangi si Kurip dan berpura-pura meminta belas kasihan. Namun, sayangnya Kurip tidak mengacuhkan kehadiran pengemis tersebut dan malah menghardiknya dengan kasar. Dewa Arki pun berkata, "Dulu kulitmu menjijikkan, sekarang kulitmu bersih dan kamu menjadi orang kaya." si Kurip membantah perkataan pengemis itu, dan berkata bahwa semua kekayaannya ini adalah hasil kerja kerasnya. Akhirnya Dewa Arki pun mengutuk si Kurip kembali berpenyakit kulit menjijikkan dan kembali jatuh miskin.

Setelah itu, Dewa Arki mendatangi si Panjul dan meminta sedekah. Namun, sama seperti si Kurip , si Panjul tidak mengacuhkan kehadiran pengemis tersebut dan malah menghardiknya dengan kasar. Dewa Arki pun berkata, "Dulu kepalamu botak, sekarang kepalamu tumbuh rambut dengan indahnya, dan kamu menjadi orang kaya. Semua itu berkat pemberian Dewa." Si Panjul juga membantah perkataan pengemis itu, dan berkata bahwa semua kekayaannya ini adalah hasil kerja kerasnya. Akhirnya Dewa Arki pun mengutuk si Panjul kembali botak dan kembali jatuh miskin.

Terakhir, Dewa Arki menemui si Blando dan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan kepada Kurip dan Panjul. Apakah si Blando juga bersikap sama dengan Kurip dan Panjul?
ternyata si Blando berkata, "Kau benar. Semua ini hanyalah titipan dari Dewa. Mungkin sekaranglah saatnya aku mengembalikan semua titipan Dewa dengan cara memberikan semua hartaku kepadamu, Pengemis. Bagiku, sehatnya mataku lebih berharga daripada semua harta yang kumiliki."

Mendengar jawaban Blando, Dewa Arki pun merasa senang. Dan atas persetujuan Dewa Arka, harta si Blando tidak jadi diambil dan bahkan sekarang si Blando hidup semakin bahagia.

***

Baca juga cerita lainnya berikut ini:


close