Resensi Buku Dongeng Anak - Kakek Tua yang Serakah!

rifanfajrin.com- Resensi Buku Dongeng Anak 
Kakek Tua yang Serakah

Resensi oleh siswa-siswi kelas VI B SD Labschool Unnes:

1. Deo Aprillia Maharani
2. Hagia Sofia
3. Belamy Isa Ahsan Arkananta
4. Sachio Khafidh Hakim



Kakek Tua yang Serakah

Identitas Buku:

Judul Buku      : Kakek Tua dan Sebatang Akar
Penulis             : Triana ADS
Editor              : Mujiana A Kadir dan Antonius Bowo Wasono
Penerbit           : Gradasi dan Tinta Institute
Tahun Terbit    : 2005
"Keserakahan dan kesombongan membuat orang hidup menderita. Orang yang serakah dan sombong biasanya tidak dapat dipercaya, contohnya kakek tua dalam cerita ini."
Pada suatu hari, hiduplah seorang kakek tua yang miskin. Ia tinggal di gubuk tua yang berada di tepi hutan. Setiap hari ia selalu mencari kayu bakar untuk selanjutnya dijual.

Hari-hari pun berlalu, kakek tua itu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Tiba-tiba, hujan turun sangat deras. Ia berteduh di bawah pohon agar tidak kehujanan. Setelah beberapa lama menunggu, kakek tua itu mendengar suara tangisan. Dan ternyata, yang menangis adalah sebatang akar. Kakek tua itu menanyakan apa yang terjadi, lalu akar pun menceritakan apa yang terjadi kepadanya.

Setelah mereka bercakap-cakap, kakek itu menasihati akar yang merasa bahwa dia lebih buruk dari pada makhluk yang lainnya. Akar tersebut merasa iri kepada bunga yang selalu menjadi favorit dan kesukaan manusia. Kakek tua menasihati akar, bahwa akar sebenarnya punya banyak manfaat. Akar dapat mencegah tanah longsor, sekaligus berkat dia tersedia cadangan air yang banyak di dalam tanah.

Sebagai rasa terima kasih, akar tersebut meminta kakek tua itu untuk mengambil satu serabut akarnya setiap hari. Ya, hanya satu serabut saja, tidak boleh lebih. Lalu, kakek tua itu pun menuruti permintaan akar.

Sesampainya di rumah, kakek tua itu melihat keanehan pada akar yang dia bawa pulang. Akar tersebut berubah menjadi emas. Kakek tua terkejut, dan ia sangat bergembira. Hari pun berlalu, kakek tua berubah menjadi seorang yang kaya raya. 

Orang-orang heran dengan keadaan tersebut. Banyak yang bertanya mengapa kakek tua itu menjadi kaya, tetapi kakek tua hanya terdiam. Kakek tua malahan menjadi sombong. 

Suatu hari, dia mengambil serabut akar lebih banyak dari biasanya. Dia bermaksud agar dia menjadi lebih kaya dari saat ini. Namun, sesampainya di rumah, kakek tua terkejut karena akar yang diambilnya ternyata tidak berubah menjadi emas. 

Lama kelamaan kakek tua itu menjadi miskin kembali. Tentu saja kakek tua menjadi kecewa. Dan karena kekecewaannya yang teramat dalam, kakek tua pun menjadi gila. Ia selalu duduk di bawah pohon di mana dia berbicara kepada akar. Dia ingin mengulang berbicara kepada akar. Kakek tua juga selalu berteriak menjerit memanggil-manggil akar yang diam saja. Semua kini sia-sia belaka. Akar telah kecewa kepada kakek tua karena kepercayaannya kepada kakek tua ternyata tidak dijaga dengan semestinya hanya karena keserakahannya.


***

Membaca cerita ini kita menjadi tahu dan dapat mengambil hikmah pelajaran. Bahwa kita tidak boleh mengingkari janji kita kepada orang lain, termasuk kepada akar yang dapat berbicara itu.

Selain itu, kita harus bertanggung jawab saat kita mempunyai janji terhadap orang lain.

Kita juga tidak boleh sombong dan serakah. Jadilah orang yang bisa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keserakahan dan ketamakan hanya akan menyengsarakan diri sendiri, dan itu pasti akan berujung pada rasa penyesalan yang tiada berguna lagi.

Kami sangat senang membaca buku ini. Buku ini dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik, meskipun tidak berwarna alias hitam putih saja, pada setiap halamannya. Selain itu, yang lebih penting adalah buku ini memberikan pesan moral yang sangat banyak sebagai pelajaran bagi kita.

Terima kasih telah membaca resensi dari kami.


rifanfajrin.com

close