Kisah Seorang Istri yang Setia



Alkisah, dahulu hiduplah sepasang suami istri. Kehidupan mereka sangat sederhana. Kesederhanaan itulah yang membuat mereka bahagia, meskipun mereka belum dikaruniai seorang anak.

Sang suami adalah seorang prajurit. Sementara sang istri adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka berdua saling mencintai. Sebagai tanda saling mencintai, mereka berjanji akan saling setia dan tidak akan pernah menikah lagi seumur hidup mereka.

Suatu hari, sang suami mendapat tugas negara untuk bergabung dalam pasukan tempur. Meski berat meninggalkan istrinya, sang suami tetap berangkat memenuhi panggilan negaranya. Sang istri pun mengerti keadaan suaminya. Jauh-jauh hari, sebelum mereka menikah pun, sang istri telah memahami konsekuensi tersebut. Maka, dibesar-besarkannyalah hatinya untuk melepas kepergian suaminya ke medan tempur. 

Sebelum pergi, sang suami berkata, "Aku berjanji, aku akan kembali."
Istrinya pun menjawab, "Aku berjanji, aku akan selalu menunggumu kembali."

Mereka pun berpisah untuk masa yang belum bisa dipastikan.
***
Ternyata perang berlangsung cukup lama, kurang lebih delapan tahun. Dalam kurun waktu peperangan itu, sekali pun sang istri tidak pernah mendengar kabar keadaan suaminya. Hingga perang dikabarkan selesai, sang istri tidak pernah mendengar secuil pun kabar suaminya itu.

Sang istri selalu teringat janji yang mereka berdua ucapkan, bahwa sang suami pasti akan kembali. Sementara sang istri masih teringat janjinya terhadap suami tercintanya, bahwa dia akan terus menunggu hingga suaminya kembali ke rumah. Sang istri yakin betul bahwa mereka pasti akan berkumpul kembali. Sang istri masih setia menunggu kepulangan suaminya.

Perang telah usai. Sang istri mendengar bahwa beberapa prajurit dikabarkan telah pulang menemui keluarganya. Oleh sebab itu, sang istri pun memasak makanan yang sekiranya cukup untuknya dan suaminya. Dia pun menata meja makan seolah-olah siap untuk makan berdua.

Namun, suaminya tak kunjung pulang, bahkan suaminya tak kunjung ada kabarnya. Meski demikian, dengan kesabaran luar biasa, setiap hari sang istri tetap selalu memasak masakan yang sekiranya cukup untuk dia dan suaminya. Hingga malam menjelang, ketika dia mulai menutup pintu-jendela rumahnya, dan lagi-lagi dia harus menerima kenyataan: suaminya tidak kunjung pulang. Dia tidak pernah mengeluh, seolah segala keluh kesahnya telah habis. Hanya, firasatnya cukup kuat mengatakan pada dirinya bahwa sang suami belum mati. Suatu saat, entah kapan, suaminya pasti dan pasti akan kembali ke rumah. Dia terus menanti dan menanti.

***
Suatu hari, setelah memasak dan menatanya meja makan dengan rapi, sang istri pergi ke pasar. Dengan sedikit uang yang dia miliki, sang istri menyadari bahwa dia harus tetap berbelanja agar besok dia bisa tetap bisa memasak. Ada beberapa bahan makanan yang harus dia dapatkan. Dia tidak mengunci pintu rumahnya, dengan maksud agar suaminya bisa langsung masuk ke rumah sekiranya hari itu suaminya pulang.

Ketika sang istri pergi keluar rumah, dia tidak tahu bahwa di ujung jalan, suami yang dinanti-nantikannya itu melangkah menuju pulang. Dari langkahnya yang gembira, ada rindu yang membuncah di dalam dada sang suami kepada istrinya. Dia ingin segera sampai ke rumah dan menemui istri tercintanya itu setelah peperangan yang dirasakannya sangat lama dan melelahkan.

Hingga tibalah sang suami di rumah.Karena dia tidak mendapati jawaban setelah beberapa kali mengetuk pintu, sang suami pun masuk ke rumah yang memang tidak terkunci itu. Beberapa detik kemudian, terkejutlah dia! Dia melihat di meja makan telah tertata dengan rapi piring, nasi, sayur, dan lauk-pauknya. Dengan jelas terlihat di mata sang suami bahwa semua yang tersedia di meja makan itu nyata-nyata telah disediakan untuk dua orang. Padahal dia tahu, istrinya hidup sendirian. Seketika hancurlah hati sang suami. Sekujur tubuhnya terasa lemas. Pikiran buruk telah mengisi dadanya, bahwa istri yang dulu sebelum ditinggalkannya itu telah berjanji setia kepadanya, ternyata kini telah menikah lagi. Sang suami memang merasa bahwa dia telah meninggalkan istrinya hampir satu dasawarsa tanpa kabar. Akan tetapi, ... ah...bukankah janji telah terucap? 

Pada akhirnya, setelah bisa menguasai dirinya, sang suami berbalik. Dia tidak menyentuh sedikit pun makanan yang ada di meja. Dia keluar rumah dan menutup pintunya kembali. Dengan penuh luka, dia pergi... kemana entah....

Sang istri pun kembali ke rumah dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya seperti biasa. Hingga larut malam tiba, dia kembali mendapati suaminya belum pulang menemui dirinya. Dia pun merebahkan diri di peraduannya. Esok hari dia harus memasak lagi. Dalam pikirannya, siapa tahu suaminya besok akan pulang dan menemuinya lagi.

Sang istri masih terus menanti dan menanti. Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun, hingga akhir hayatnya. []

Baca juga cerita menarik lainnya:
Kisah Penebang kayu dan kapaknya
Kisah Pertarungan Pegulat dan Pemuda Kurus
Kisah Penyesalan Seorang Mahasiswa
close