Ketentuan Cerita Islami Lomba Mapsi 2019 dan Contoh Naskah Keteladanan Rasul Ulul Azmi
Ketentuan Cerita Islami Lomba Mapsi 2019 dan Contoh Naskah Keteladanan Rasul Ulul Azmi
Ketentuan:
a. Menulis cerita sesuai tema yang ditentukan dengan tulisan tangan
b. Ditulis di atas kertas folio bergaris tanpa dibatasi jumlah halaman
c. Waktu paling banyak 180 menit (3 jam)
d. Materi:
Kelompok 1:
Tema "KREATIVITASKU MENELADANI RASUL ULUL AZMI"
"Judul"
1) Aku dan Keteladanan Nabi Nuh As
2) Aku dan Keteladanan Nabi Ibrahim As
3) Aku dan Keteladanan Nabi Musa As
4) Aku dan Keteladanan Nabi Isa As
5) Aku dan Keteladanan Nabi Muhammad As
Format penilaian
Nilai cerita Islami:
Sistematika 0 - 30
Bahasa 0 - 30
Isi 0 - 40
Jumlah 0 - 100
Penjelasan:
1) Sistematika berupa keruntutan, kelengkapan, keluasan, kedalaman
2) Bahasa, berupa penyajian, kebenaran, ketepatan
3) Isi berupa pendahuluan, isi, penutup
Baca Juga: Contoh Petunjuk Teknis Lomba FLS2N - Pidato, Cipta Puisi, dan Baca Puisi
Contoh Naskah Keteladanan Rasul Ulul Azmi
Pada kesempatan ini, saya ingin menulis tentang "Aku dan Keteladanan Nabi Muhammad SAW"
Meneladani Sifat Dermawan dan Pemaaf Rasulullah Muhammad SAW
Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang yang berbudi luhur. Beliau adalah insan terbaik, seorang yang paling mulia yang diciptakan oleh Allah SWT.
Beliau diutus ke bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW yang artinya: "Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurkan akhlaq yang mulia."
Disebutkan juga di dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sungguh banyak sekali sifat-sifat mulia darinya yang dapat kita teladani, untuk dipraktikkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
Nabi SAW sendiri memiliki empat sifat utama yaitu: Sidiq, Amanah, Fatonah, dan Tabligh.
Sebelum ditus menjadi Nabi, pemuda Muhammad SAW sangat dikenal sebagai pemuda yang jujur halus budinya.
Selain itu, Nabi juga dikenal sebagai seorang yang dermawan (suka memberi) dan juga pemaaf.
Sebagai seorang siswa, saya juga ingin menginginkan bisa meneladani akhlaq Rasul Muhammad SAW. Berat memang. Tapi saya ingin berusaha.
Misalnya, ketika ingin meneladani sifat kedermawanan Rasul Muhammad SAW.
Kita pernah mendengar bagaimana kedermawanan Rasul ketika datang seorang peminta-minta. Tanpa pikir panjang, Nabi langsung memberinya. Ternyata pada keesokan harinya, si peminta-minta itu datang lagi kepada Rasul. Sekali lagi, Rasul pun memberinya tanpa banyak berpikir.
Hingga pada hari ketiga, si peminta-minta itu datang lagi kepada Nabi. Akan tetapi, pada hari ketiga itu, kebetulan Rasul tidak memiliki apa pun untuk diberikan kepada si peminta-minta. Maka, si peminta-minta itu diperintahkan oleh Rasul untuk berutang kepada seseorang. Oleh Nabi, utang itu diperintahkan agar diatasnamakan Nabi Muhammad SAW. Kelak, ketika Nabi memiliki uang, Nabi-lah yang akan membayar utang tersebut.
Begitulah kedermawanan Rasul. Rasul tidak suka menyimpan harta. Bahkan, hingga menjelang akhir hayatnya, beliau berkata kepada Aisyah untuk menyedekahkan seluruh hartanya.
Saya ingin meneladani kedermawanan beliau. Yang saya lakukan belumlah seberapa, akan tetapi semoga dicatat oleh Allah sebagai amal kebaikan. Dan Allah memberikan kepada saya dan keluarga sifat yang dermawan.
Ceritanya, pada suatu hari ketika saya masih kelas satu SD. Hari itu adalah hari ulang tahun saya yang ke-7 tahun. Bunda memberi usul, ide untuk berbagi sedikit rezeki. Kami ingin memberikan sedekah kepada fakir miskin.
Kami membeli makanan dan minuman untuk diberikan kepada fakir miskin. Saya pun harus mengikhlaskan sebagian tabungan saya untuk itu.
Kami membeli roti, es teh, nasi kuning, buah, lauk, dan camilan. Kami memasukkannya ke dalam kardus tempat makanan.
Kami semua membungkusnya dan dibawa ke mobil. Kami menyusuri jalanan di sekitar Pasar Johar Semarang. Kami berbagi kepada bapak tukang parkir, becak, dan pengemis di jalanan yang kami temui.
Meski sederhana, kami sangat bahagia dengan itu semua.
Kemudian, salah satu sifat mulia Nabi yang ingin saya teladani adalah sifat beliau yang pemaaf. Sungguh memaafkan adalah suatu hal yang sulit. Apalagi terhadap seseorang yang telah atau sering menyakiti hati kita.
Akan tetapi, ketika perasaan sulit memaafkan itu datang, saya lalu mengingat kisah Nabi. Sungguh pemaafnya beliau. Pernah mendengar kisah Nabi dan perempuan tua yang buta? Dari situ kita bisa belajar bagaimana pemaafnya Nabi SAW.
Ceritanya, hiduplah seorang perempuan tua yang buta. Dia tidak suka dengan berita adanya seorang Nabi bernama Muhammad SAW. Setiap hari dia selalu mencaci dan memfitnah Rasulullah Muhammad SAW.
Nabi tidak marah dengan cacian dan fitnahan itu. Nabi memaafkan semua perilaku buruk wanita tua yang buta tersebut. Tidak hanya memaafkan, bahkan setiap pagi Nabi membawakan makanan untuk wanita tua itu dan menyuapinya dengan penuh kasih sayang.
Hal itu berlangsung cukup lama, hingga wafatnya beliau. Perempuan tua itu baru menyadari siapa yang menyuapinya selama ini, setelah Rasul wafat. Hal itu diketahuinya setelah Abu Bakar R.A mencoba menggantikan Rasul menyuapi perempuan tua itu.
Jadi, itulah kebaikan hati Nabi Muhammad SAW. Beliau sangat pemaaf, dan bahkan membalas perbuatan buruk kepadanya, dibalas dengan perbuatan yang sangat mulia.
Saya ingin sekali memiliki sifat pemaaf tersebut. Meskipun sulit, saya ingin berusaha meneladaninya. Terhadap teman yang suka jahil, nakal, saya ingin menasihatinya. Dan memaafkan perbuatannya.
Dua sifat itu saja dulu, yaitu kedermawanan dan sifat pemaaf. Saya ingin terus mencoba untuk meneladani sifat Nabi Muhammad SAW yang mulia itu.
Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada saya, juga kepada kita semua, sifat-sifat teladan dari Nabi Muhammad SAW. Amiin.