Aliyudin M. Top Belajar Menyetir Mobil

rifanfajrin.com - Aliyudin M. Top Belajar Cara Menyetir Mobil Manual


Alkisah...

Pada suatu hari, Topenk yang lebih sering memakai nama samaran Aliyudin M. Top, ngebet banget untuk bisa menyetir mobil. Dia sudah bosan dan capek jika harus berjalan kaki hanya untuk menemui kekasihnya. (Sebenarnya sih yang bikin capek itu karena kekasihnya yang dimaksud itu sampai cerita ini ditulis juga belum ketemu-ketemu, hehehe). Dia membatin, aku harus bisa menyetir mobil manual, bukan mobil matic! Gila aja, the real man use three pedals! Begitulah yang ada di otak Topenk, dia belum sadar juga bahwa real man itu bukan hanya karena pake tiga pedal, tapi real man itu yang bisa beli mobil pakek uang sendiri, bukan dikasih sama ortu.

Maka hari itu juga, dengan modal uang tiga ratus ribu, dia mencari kursus menyetir mobil. Celakanya, di desanya, kursus menyetir mobil sulit banget dicari. "Lihat saja, kelak ketika aku sudah bisa menyetir mobil, aku akan buka lembaga kursus dan keterampilan menyetir mobil. Ini jelas menjadi peluang bisnis di jalan yang becek, eh basah...." 

Untungnya setelah muter-muter dia ketemu dengan tempat kursus menyetir mobil "Modal Dengkul". 

"Mau kursus, Mas?" Begitulah Topenk disambut dengan ramah. Rupanya, seorang yang menyambut itu adalah instruktur sekaligus pemilik di "Kursus Menyetir Mobil Modal Dengkul" itu. Instrukturnya, kalau dilihat dari wajahnya sih belum terlalu tua, namanya Predick Nuril.
"Iya, Pak."
"Manual apa matic?"
"Kalau manual berapa harga kursusnya, dan kalau matic berapa?" tanya Topenk sambil mikir, nanti uangnya cukup atau enggak.
"Kalau manual, cukup tiga ratus lima puluh ribu untuk dua belas kali pertemuan! Kalau...."
Belum selesai Pak Predick menjelaskan, Topenk langsung memotong, "Kalau matic berapa?"
"Lah ya ini saya mau menjelaskan. Kalau matic, saya nggak punya mobilnya. Situ punya?" tanya Pak Predick.
Asem! Dalam hati Topenk membatin. Wong tidak punya kok nanya mau matic atau manual!
"Saya ambil yang manual aja, Pak. Lebih jantan... kalau matic, rasanya kok girly banget," jawab Topenk kemaki, "tapi saya...."
"Tapi situ uangnya nggak cukup, kan? Bisa diatur!" Predick Nuril menukas.
"Loh kok tau kalau uang saya kurang? Saya cuma punya uang tiga ratus ribu."
"Beres! Mau sekarang kursusnya? Kalau enggak, saya mau berangkat...."
"Yup! Sekarang!" sahut Topenk mantab!
"Kemon, bro!" sahut Predick. Akrab.

Topenk pun mengikuti langkah Pak Predick menuju garasi. "Mobilnya Xenia, Avanza, atau... Lhoo....?" belum selesai Topenk bertanya, dia sudah melongo ketika Pak Predick membuka mobil angkot miliknya. "Lho, Pak Predick! Kita pakai ini?"
"Yup! Jangan kuatir, mobil ini masih bisa ngebut, kalau mau jalan seratus aja sih masih enteng, dan siap diadu!"
"Tapi, Pak...."
"Sudaaah, ayo berangkat! Kamu sudah aku korting lima puluh!"

Dengan terpaksa Topenk menurut. Sekarang dia sudah duduk di kursi kemudi.
Ketika menyetarter mobil, belum apa-apa Pak Predick sudah ngeplak (memukul) kepala Topenk!
"Aduh! Edan! Apa salah saya, Pak!?" Topenk protes.
"Baca bismillah dulu, Goblok! Kau kurang sabar! Ingat, pelajaran pertama jadi sopir adalah SABAR!"
Oh...

Mesin sudah hidup. Pak Predick mulai mengajari Topenk cara menyetir mobil.
"Nah, sekarang, injak koplink, gigi dorong ke depan, masuk satu... Whalaaahh! Belum apa-apa sudah mati! Jangan terlalu cepat ngangkat koplingnya! Lepas pelan-pelan, sambil injak gas! Injak gasnya juga pelan-pelaaan!" 
Dibentak-bentak begitu, Topenk jadi meragukan kredibelitas kursus menyetir mobil ini, tepatnya, meragukan Pak Predick!
"Kalem to, Pak! Namanya juga lagi belajar! Njenengan punya sertifikat ngajari nyetir apa enggak sih!" Topenk emosi.

Mendengar protesnya Topenk, Predick Nuril justru njenggung kepala Topenk!
"Goblok! Sopir jalanan dengan sopir les-lesan yang semuanya karbitan itu beda! Kamu tahu, raja jalanan yang sesungguhnya itu adalah para sopir angkot! Kamu diam saja dan ikuti petunjuk!"
"ASnU!" Topenk membatin. Hampir saja dia patah semangat, tapi begitu dia ingat tujuan awalnya yang mulia agar bisa menyetir mobil, dia akhirnya mengalah. Diam-diam motivasi dan tekadnya untuk membuka kursus menyetir mobil kelak di kemudian hari, semakin menggebu-nggebu saja.

Sementara sekujur tubuhnya mulai berkeringat!

Alhamdulillah yaa... Topenk sudah mulai tenang menjalankan mobil angkot tersebut. Sampailah mereka di jalanan. Alhamdulillah juga, Pak Predick yang tadi galak dan kasar itu, mulai ngajak ngobrol Topenk. Jadi, Topenk nggak tegang-tegang amat.
"Kamu tahu, nggak ada seorang pun yang mogol, atau gagal kuajari nyetir. Semuanya berhasil, dan sekarang semuanya mahir. Itu sopir-sopir sopir bus malem, beberapa di antaranya adalah muridku. Dan kalu sudah pegang setir, jalannya berani diadu sama Rio Hariyadi..."

Topenk manggut-manggut saja. Dia konsen banget lihat jalan. Tapi tiba-tiba Pak Predick kasih isyarat ke Topenk... 
"Kiri, Mas..." katanya sambil menunjuk ibu-ibu yang nyetop angkot di pinggir jalan.
"Lhoh, Pak! Saya ini lagi kursus atau lagi ngobyek!" kata Topenk setengah teriak, tapi sedetik kemudian urung meneruskan kata-katanya sebab Predick Nuril siap-siap menjitak kepalanya. "Ampuuun!"

Ibu-ibu itu pun naik.

Predick Nuril melanjutkan wejangannya.

"Gini, Mas. Tadi kan sampeyan sudah aku kasih diskon 50 ribu, jadi sekarang sampeyan saya ajak narik angkot! Ini namanya belajar sambil kerja! Dan lagi tadi di awal sudah kubilang, sopir angkot adalah raja jalanan. Dia tanda kutip boleh jalan sesukanya, mau ngebut orang sudah maklum, mau langsung kiri kasih sein mendadak juga orang maklum, mau jalan pelan-pelan dua puluh kilometer per jam juga mobil-mobil belakang nggak ada yang berani klakson brutal! Dan lagi, para pengendara sepeda motor juga nggak ada yang sok-sokan jalan mepet-mepet orang belajar menyetir! Kalau pun itu terjadi, tabrak aja, biar bocah-bocah abege itu berhadapan sama Predick Nuril! Itulah garansi bagi siapa saja yang belajar menyetir di kursus menyetir 'Modal Dengkul' Predick Nuril!"

Sambil menepuk pundak Topenk, Predick Nuril berkata pelan, "Tenang saja, sampeyan pasti jadi mahir kalau aku yang pegang."

Topenk sudah mulai tenang sekarang. Dia sudah lumayan lancar, jalannya juga nggak njut-njutan seperti waktu baru keluar dari garasi tadi.

***

Beberapa bulan kemudian, Topenk sudah selesai latihan nyetir. Sebenarnya dia ditawari untuk pocokan jadi sopirnya Pak Predick Nuril, tapi dia lebih memilih untuk kerja di Jakarta, jadi layouter di Gramedia.

Sekian.
______________
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, itu bukan permintaan dari Aliyudin M. Top. 
close