SUNGAI, TONG SAMPAH RAKSASA



Sabtu siang sepulang sekolah Muqsith dan Ary pergi ke sungai. Mereka hendak memancing ikan. Mereka berdua memang hobi memancing.

Tak jarang mereka mendapat ikan cukup banyak. Terkadang mereka menjualnya ke pasar, tetapi lebih sering ikan-ikan itu mereka bawa pulang dan diberikan kepada Ibu untuk dimasak.

Siang itu mereka mereka pergi memancing ke Sungai Bening. Kata kakek Muqsith, Sungai Bening dahulu banyak sekali ikannya. Namun, sesampainya di sana, Muqsith dan Ary tampak kecewa. Sungai Bening kini tidak sesuai dengan namanya. Air Sungai Bening terlihat keruh dan berbau.
“Lihatlah, Ary! Banyak sekali sampah plastik di sungai ini! Botol plastik dan gelas air mineral,” Muqsith berseru. “Oh! Bahkan ada yang membuang karung sampah di sini!” balas Ary. Sungai Bening telah menjadi tong sampah raksasa.

Muqsith dan Ary meletakkan pancing mereka. Mereka lalu berjalan-jalan menyusuri sungai. Mereka terkejut saat melihat beberapa ekor ikan berbagai jenis dan udang terapung mati.

“Sayang sekali. Padahal kata kakek, dahulu ikan arwana pun sangat mudah dijumpai di sungai ini,” kata Muqsith. “Tetapi sekarang sulit untuk memancing ikan,” kata Ary dengan nada sedih.

“Lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang?” Ary bertanya kepada sahabatnya itu. Muqsith nampak tampak berpikir. “Hmmm, mari kita memancing sampah!” kata Muqsith bersemangat.

“Memancing sampah?” tanya Ary heran. “Ya, mari sedikit demi sedikit kita bersihkan sungai,” Muqsith menjelaskan. “Kita singkirkan sampah-sampah yang terapung.”

“Tidak mungkin kita mampu membersihkannya, Muqsith,” Ary tampak tidak setuju dengan usul Muqsith. Muqsith tersenyum. “Tentu saja jika hanya kita berdua, kita tidak akan sanggup, kawan.”

“Kita harus minta tolong kepada Ayah dan para tetangga yang lain untuk bekerja sama membersihkannya,” Muqsith menjelaskan dengan mata berbinar. “Oh, aku mengerti,” sahut Ary. 

“Namun, setelah itu tentu saja kita seyogyanya tidak kembali membuang sampah di sungai,” Muqsith berkata.

“Ya aku ingat. Kita juga bisa menggali lubang untuk membuang sampah. Kita harus memisahkan sampah organik dan anorganik. Untuk sampah organik, kelak akan menjadi humus yang akan menyuburkan tanah,” Ary menambahkan.


“Benar, sekali kawan. Jika sungai bersih, ikan-ikan dan biota air lainnya pasti akan tersenyum,” kata Muqsith dengan senyum lebar. []

Baca Juga Cerita Lainnya 1) Menanam Pohon Harapan, 2) Menanggulangi Polusi Udara, 3)  Waserba Itu Bernama Apotek Hidup. :)

close