Banjir

Jakarta dikepung banjir. Itulah judul headline berita di televisi yang saya tonton di hari pertama tahun 2020. 

Sangatlah menyesakkan, bagaimana kita melihat tayangan video-video amatir maupun gambar kondisi di lapangan yang ditayangkan secara langsung oleh para reporter berita televisi itu! Melihat gelombang air berwarna coklat yang sungguh deras merendam dan menghanyutkan rumah-rumah penduduk, menghanyutkan begitu banyak mobil itu, yang ada hanyalah kengerian.

Kerugian secara material sudah barang tentu, tetapi yang lebih menyedihkan adalah bencana tersebut sudah merenggut korban jiwa. Para korban meninggal dunia dengan bermacam-macam sebab: terkena aliran listrik, terjebak atau tertimbun longsor, mulai terjangkit penyakit, maupun kedinginan.

Saya yang menyaksikan berita tersebut sambil meninabobokkan anak saya, hanya bisa berdoa di dalam hati, "Mudah-mudahan air lekaslah surut, selamatlah semua jiwa yang masih hidup, dan mudah-mudahan Allah berikan kekuatan kepada kita semua!"

Sembari menggumam doa, sesekali saya lihat wajah anak saya, sekonyong-konyong ada perasaan bersyukur kami tinggal di daerah yang relatif aman dari bencana. "Syukurlah kita lahir dan tinggal di Ambarawa ya, Nduk. Bagaimana nasib kita bila kita tinggal Jakarta, atau di daerah yang terkena bencana seperti itu." 

Beberapa saat kemudian, perhatian saya sudah tidak lagi pada berita bencana banjir di televisi itu. Saya malahan teringat dan menyadari bahwa di Ambarawa, kota kecil tempat kami tinggal, ada juga yang terkena banjir cukup parah bila hujan turun dengan derasnya. Pagi tadi saya melihat sebuah kiriman gambar dan video di group facebook Ambarawa yang menunjukkan kondisi sebuah rumah yang selalu kemasukan derasnya aliran air hujan dari arah jalan raya. Rumah tersebut memang lebih rendah dari jalan raya, yang sialnya selalu mendapat kiriman air hujan yang meluap akibat tidak berfungsinya got/saluran air di tepian jalan raya.

Nah sampai di sini, mestinya kita sudah bisa menebak dengan pasti, bahwa banjir yang melanda kita itu bukan hanya disebabkan karena curah hujan yang tinggi, atau hujan yang sedang turun dengan deras-derasnya. Akan tetapi, lebih disebabkan oleh ketidakpedulian kita untuk menjaga lingkungan di sekitar kita. Kita terlalu malas untuk sekedar membereskan got-got atau saluran air agar berfungsi sebagaimana mestinya. Lho, jangankan got yang ada di pinggir-pinggir jalanan umum, saluran air di depan rumah kita masing-masing saja, seringkali tidak digubris.

Jadi, di sinilah titik masalahnya. Kesadaran untuk bersama-sama menjaga lingkungan kita masih rendah. Membuang sampah rumah tangga, lebih mudah dan praktis adalah melemparnya ke sungai! Sehingga di pinggir-pinggir jembatan itu, seringkali kita melihat spanduk-spanduk berisi doa, umpatan, bahkan kutukan agar si pembuang sampah (atau kalau perlu sekaligus keluarga dan keturunannya) mendapatkan celaka. Namun kenyataannya?
Kalau ada di antara pembuang sampah di sungai tersebut yang kemudian takut, mikir, atau kuatir bila "kutukan" tersebut betul-betul akan menimpanya, maka yang kemudian terjadi bukanlah dia membuang sampah di tempatnya. Namun, dia akan mencari tempat buang sampah lain yang juga tidak tepat, misalnya di pinggir jalanan yang sepi, dan juga pada saat yang sepi, mereka melempar sekantung plastik besar berisi sampah tanpa perlu turun dari sepeda motornya. Pinggir jalan sekitar makam di dekat rumah saya seringkali menjadi tempat praktek "kekurangajaran" seperti ini. 

Padahal, bila si pembuang sampah sembarangan itu mau, dia bisa pergi ke belakang pasar untuk membuang sampahnya di sana. Di situ sudah tersedia tempat pembuangan sampah. Tidak sampai lima menit dari makam itu untuk sampai di sana. Ya, tapi tak banyak yang mau menempuh cara sedikit repot begitu!

Jadi, sekali lagi, perihal banjir (dan juga tanah longsor), bukanlah karena cuaca dan curah hujan. Kita tak kuasa menolak atau mengatur curah hujan. Tetapi semua itu karena kemalasan, keteledoran, dan ketidakpedulian dari (silakan tunjuk hidung masing-masing)--dalam menjaga lingkungan.

[]

www.rifanfajrin.com
www.rifanfajrin.com

close