Menyimak Pidato Bung Tomo - Menyambut Hari Pahlawan 10 November

Hari ini dalam sesi moorning meeting saya mengajak anak-anak untuk menyimak Pidato Bung Tomo. Bung Tomo (Soetomo) adalah seorang pejuang yang memimpin rakyat Surabaya melawan Inggris dan Sekutu untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. 

Sebagaimana kita ketahui, Bangsa Indonesia telah memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Akan tetapi, kemerdekaan tersebut belum sepenuhnya diakui oleh dunia. Perjuangan masih belum selesai. Dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, dan juga mengisi kemerdekaan, tidak lebih ringan daripada perjuangan meraih kemerdekaan itu sendiri.

Perang mempertahankan kemerdekaan itu sendiri pecah pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya. Dari peristiwa tersebut, tanggal 10 November kemudian diperingati oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan. Sedangkan Kota Surabaya sendiri kemudian dikenal sebagai Kota Pahlawan.






Saya memutarkan kepada anak-anak video berisi pidato Bung Tomo, yang secara menggelora merespons ultimatum tentara Inggris yang meminta rakyat Surabaya untuk mengibarkan bendera putih tanda menyerah.

Namun, Bung Tomo menolak dengan tegas! Pidato tersebut sungguh menggetarkan hati. Dan di akhir pidatonya, beliau teriakkan kalimat takbir "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Allah akan bersama pihak yang benar, yaitu Bangsa Indonesia!


Beberapa Catatan

Saya melihat anak-anak begitu larut menyimak video tersebut. Saya hanya bisa menduga-duga, apakah mereka juga merasakan emosi yang meletup-letup, sebagaimana apa yang saya rasakan ketika menyimak pidato tersebut?

Apakah justru benak anak-anak melayang ke mana-mana, dan tidak memahami apa yang sebenarnya disampaikan Bung Tomo? Video apa sih yang sedang mereka tonton?

Oleh sebab itulah, setelah menyimak video yang berdurasi lebih kurang enam menit tersebut, kami duduk bersama, menyampaikan isi pikiran masing-masing.

Saya harus menjawab pertanyaan mereka. Di antaranya adalah:

"Pak, mengapa di akhir pidato kok ada teriakan 'Allahu Akbar' yaa?" tanya Vian.

Jujur saja, saya takut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Saya merasa khawatir bila saya salah dalam menjelaskan kepada anak-anak, dan bisa celaka bila penjelasan saya yang keliru tersebut ternyata akan melekat di benak mereka hingga dewasa nanti, hingga waktu yang lama.

Kemudian saya menjawab, yang intinya adalah:

Bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia diraih bukan hanya oleh umat satu agama saja. Melainkan banyak agama, ada Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. Nah, di pertempuran Surabaya atau Jawa Timur, Bung Tomo adalah seorang muslim. Rakyat Indonesia juga mayoritar muslim. Maka wajar bila beliau bertakbir.

Selain itu, di Jawa Timur, ada satu organisasi besar yang namanya Nahdlatul Ulama (mungkin juga terbesar di Indonesia hingga saat ini). Organisasi ini didirikan oleh K.H. Hasyim Asy'ari, yang menyerukan kepada santri-santrinya untuk ikut berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Anak-anak bertanya, siapakah KH Hasyim Asy'ari? Kebetulan sekolah kami bersebelahan dengan dengan Universitas Wahid Hasyim. Maka saya tambahkan, bahwa Kyai Wahid Hasyim adalah putera KH Hasyim Asy'ari tersebut. Sedangkan Kyai Wahid Hasyim, beliau memiliki putera bernama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Siapakah Gus Dur?

"Oh, saya tahu. Presiden Indonesia ke-4!" kata Affan.

Kemudian, pertanyaan yang kedua yang saya catat adalah:

"Pak, mengapa orang Eropa atau Barat itu suka menjajah Indonesia? Kenapa mereka tidak menjajah bangsa Eropa lainnya?" tanya Aiko.
Untuk pertanyaan, saya kemudian menjelaskan sekilas tentang motivasi bangsa kolonial datang ke Indonesia, pada awalnya adalah untuk mencari rempah-rempah. Sebagaimana kita tahu, di Eropa mengenal 4 musim, salah satunya adalah musim dingin. Maka, rempah-rempah adalah komoditas yang sangat berharga bagi bangsa Eropa untuk menghangatkan badan. Dan Indonesia adalah negeri yang kaya akan rempah-rempah.


===

Demikianlah sekilas catatan tentang kegiatan kami pada pagi hari ini. Saya hanya berharap, khususnya pada diri saya sendiri dan juga untuk anak-anak kami, bahwa janganlah sekali-sekali kita melupakan sejarah masa lalu. Dengan demikian, kita bisa menghargai jasa pengorbanan para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.

Akhir kata, Selamat Hari Pahlawan 2018!
close