[Cerpen Anak] Teman Tersayangku Sakit
Teman
Tersayangku Sakit
Cerpen Karya Rayhan Al Firdausi F.A.S
Hari ini, Alya, Tina, Rety dan Lucy
janji bertemu di taman kota untuk membicarakan pesta stroberi. Yang mengundang
semua teman, pasti Alya sin arsis. Alya memang terkenal narsis dan mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi. Dia musti memiliki janji bertemu hampir setiap
hari. Semua teman selalu memikirkannya dengan bingung.
Betulkan, Alya sampai dulu di taman
kota. Disusul oleh Lucy dan Tina. Namun Rety, tidak terlihat sampai satu jam
lamanya. Ternyata selama itu, ada pesan masuk di ponsel Alya, Lucy dan Tina
bahwa Rety sakit tifus dan berada di RSUD. Mereka bersedih dan terpaksa
membatalkan pesta stroberi itu.
1 hari berlalu, hari Senin. Semua
siswa bersekolah, tapi tidak untuk Rety yang sedang sakit. Tempat duduk di
sebelah Tina kosong, yang bahwa itu tempat duduk Rety. Bu Santi datang dan
member tahukan kabar Rety. Semua teman yang semula ceria, terlihat kecewa.
Namun
Selvi punya ide, dia memberitahukannya kepada Bu Santi selaku wali kelas 5.B.
dia ingin 1 kelas memberikan urunan seikhlasnya, untuk membantu Rety. Ide itu
disetujui oleh Bu Santi dan meminta semua siswa kelas 5.B untuk memberikan
urunannya. Setelah urunan terkumpul, Bu Santi memberikan tanggung jawab kepada
Selvi untuk menjaga uang urunannya.
“Bu
Santi, bolehkah saya mengajukan 1 ide lagi?” tanya Selvi.
“Iya,
silahkan.” Jawab bu Santi memperbolehkan Selvi.
“Bu,
jika saya mengadakan sumbangan di kampung saya. Boleh tidak?” tanya Selvi lagi.
“Boleh
saja jika niatmu baik.” Jawab Bu Santi dengan bijak.
“Baiklah
Bu Santi, terimakasih.“ kata Selvi berterimakasih.
“Sama-sama.”
Jawab Bu Santi.
Setelah diperbolehkan oleh Bu Santi,
Selvi mengambil satu kotak kaleng biscuit. Lalu mengelem tutup diatasnya dan
melubanginya. Kaleng itu Selvi tempel di tembok depan rumahnya dengan tulisan,
‘Iuran untuk Teman Tersayangku.’
“Aku
harap iuran ini bisa terkumpul banyak.” Kata Selvi dalam hati.
“Ada
apa Selvi, untuk apa kaleng bekas ini?” tanya Ibu Selvi yang tiba-tiba
mengagetkan Selvi.
“Hmmm,
ini bu, untuk temanku Rety yang sedang sakit.” Jawab Selvi dengan jantungnya
yang berdetak kencang karena kaget.
“Ooo,
begitu.” Jawab Ibu singkat.
Selvi lelah setelah membuat kotak
itu. Dia tertidur sampai jam 5 sore, dan dilihatnya bahwa bu Santi telah
menelponnya beberapa kali.
“Selvi,
bagaimana iuran di kampungmu?” tanya Bu Santi lewat sms yang dikirim 2 jam
lalu.
“Bagaimana
ini, aku sampai ketiduran selama ini. Aku harus cepat menjawab sms Bu Santi.”
Kata Selvi.
“Maaf
bu saya belum melihat iurannya dan maaf saya terlambat menjawab sms bu Santi.
Saya ketiduran, jawab Selvi lewat sms.
“Ooo,
tidak apa. Baiklah jika begitu.” sms Bu Santi.
Setelah itu, Selvi cepat bersiap dan
mandi. Selvi berencana untuk keliling 1 kompleks, tapi dia butuh bantuan. Dia
pun menelpon teman-teman rumahnya untuk membantunya.
“Hai
teman-teman, bisakah kalian membantuku untuk mengelilingi kompleks?” tanya
Selvi dalam grup” Home Friend’s.
“tentu
saja, tapi untuk apa?” jawab Ben dengan sebuah pertanyaan.
“Oke!
Jawab teman Selvi lainnya.
“Temanku
sakit, jadi aku ingin membantunya.” Terang Selvi.
“Ooo..baiklah
kalau begitu!” jawab teman-temannya menandakan siap.
Mereka
memutuskan untuk bertemu di lapangan bermain di dekat toko “Dinar”. Sehabis
bertemu, mereka langsung keliling kompleks bersama. Walaupun mereka semua merasa
lelah, tapi mereka yakin akan mendapatkan banyak iuran yang cukup untuk Rety.
“Sepertinya,
ini sudah cukup.” Kata Loli.
“Iya,
benar kata Loli.” Lanjut Sinta.
“Baiklah,
kau benar. Kita sudahan saja. Ini akan kuberikan pada guruku besok.” Jawab
Selvi.
“Oke!
Kita pulang dulu ya.” Kata semua teman Selvi.
“Baik
! jawab Selvi.
Selvi pun pulang dan langsung masuk ke
kamarnya. Ia menghitung banyaknya uang yang terkumpul. Selvi sangat gembira,
dari seratus sampai berapa pun dia hitung. Dan akhirnya… uangnya berjumlah Rp
232.500,00. Dia mengambil ponselnya dan memberitahukan kepada Bu Santi. Bu
Santi ikut gembira.
Hari pun silih berganti, matahari terbit
dengan cerahnya. Selvi berangkat sekolah dengan ceria. Karena terlalu ceria,
Selvi menjatuhkan hampir sebagian hasil iuran. 1 koin berkisar Rp 500,- pun
masuk ke dalam saluran air dan tidak bisa diambil lagi. Ia langsung
mengumpulkan semua uangnya dan memasukkannya ke dalam kaleng.
“Aku ingin ini tidak terjadi lagi.”
Gumam Selvi dalam hati.
Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya
menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Selvi bertemu dengan bu Santi dan
memberikan hasil iuran itu. Selvi minta maaf telah ceroboh. Namun, Bu Santi
tetap memaafkan Selvi. Ia tersipu malu.
“Bagaimana iurannya Selvi?” tanya Tina
saat baru duduk.
“Baik-baik saja” jawab Selvi singkat.
Pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung,
Pak Fajrin gurunya. Tapi Lucy melihat Rety dan berteriak.
“Ada apa Lucy? Jangan berteriak di dalam
kelas!” kata Pak Fajrin dengan tegas.
“I…itu, bu. Eh, pak ada Rety di pintu
kelas! Teriak Lucy dengan bingung.
“Dimana? Sudahlah diam ! Tidak ada siapa
pun disana.” Kata Pak Fajrin marah.
Kelas menjadi sunyi setelah apa yang
dilakukan Lucy. Pak Fajrin melanjutkan pelajaran, tapi Lucy masih ragu. Dia
yakin tadi melihat Rety. Seseorang pun bertanya kepada Lucy, yaitu Doni.
“Lucy, apa yang kau lakukan tadi?” tanya
Doni.
“Hmm,
aku tadi merasa melihat Rety.” Jawab Lucy.
“agar
kamu tidak bingung, lebih baik tenangkan dirimu.” Saran Doni.
“Aku
akan mencobanya.” Jawab Lucy.
Setelah hari kamis, akhirnya Rety masuk.
Teman-teman memberikan semua bantuan yang telah dikumpulkan kepada Rety. Semua
teman dan Rety senang, keadaan kembali normal.
***
Semarang, 17 November 2016
Rayhan Al Firdausi F.A.S, Siswi Kelas
5.B SD Labschool Unnes Semarang