Sudah Lupa Cara Membuat Cerpen (?)

rifanfajrin.comSudah Lupa Cara Membuat Cerpen (?)


Bagaimana cara membuat cerpen? Sesore tadi, pertanyaan itu berdengung-dengung ribut sekali di daun telinga saya, seperti sekawanan tawon ganas yang terusik sarangnya oleh seorang bocah tengil dan kurang ajar. Yang jadi gara-gara, adalah saya baru saja merampungkan membaca buku cerita untuk anak usia 7 tahun milik Clara Ng yang judulnya "Bagai Bumi Berhenti Berputar". Beberapa hari lalu, saya juga membaca buku "Kumpulan cerita Pendek Klasik Dunia" FIKSI LOTUS Vol. 1 terbitan Gramedia.

Saya lalu mencoba mengingat-ingat, dan kalau saya tidak salah ingat, terakhir kali saya menulis cerpen sudah lebih dari satu tahun! Cerpen paling bontot yang saya tulis berjudul "Enam Belas Tahun Kemudian" yang saat itu saya tulis dalam rangka penerbitan Kumpulan Cerpen "Ambarawa Mekar Sekuntum Kenangan" bersama kawan-kawan Penulis Ambarawa.  Dan malam ini saya cek tanggal selesainya penulisan cerpen tersebut, di sana tertulis: "Ambarawa, Mei 2014"!!! 

Wah! Jelas sudah! Artinya sudah lebih dari dua tahun saya tidak menulis cerpen. Memang sih di ujung tahun 2014 saya bikin kumpulan cerpen "Es Krim" yang saya tulis duet bareng sobat saya, Kharis Teguhraharjo, dan diterbitkan oleh Tunas Puitika Publishing. Tapi cerpen-cerpen saya yang ada di buku tersebut semuanya cerpen lawas yang kebetulan belum masuk pada buku pertama saya [Pertobatan Parmin] tahun 2011 lalu. 

Belakangan malahan kawan-kawan Penulis Ambarawa sudah menerbitkan buku ke tiganya: Ambarawa Seribu Wajah! pertengahan tahun 2016 ini. Dan sekarang mereka pun sedang mempersiapkan gawe besar tanggal 10 November 2016 nanti, yaitu "Perang Puisi" di Monumen Palagan Ambarawa! 

Dalam beberapa kesempatan, saya sudah berusaha untuk kembali mencoba menulis cerpen elek-elekan, akan tetapi selalu menemui kebuntuan. Padahal rancangan inti cerita, karakter-karakter tokohnya,  bayangan pada alur cerita, hingga beberapa dialog yang menurut saya akan keren kalau dituliskan, semuanya sudah ada. Kopi juga sudah dibikin panas dan tahan lama (awet) panasnya sehingga saya perkirakan akan cukup untuk menemani begadang. Tapi kok ya tetap saja buntu gitu lho! Acapkali pada saat kebuntuan itu terjadi (atau dalam bahasa teman saya Habib dia bilang "writer's block"!), saya buru-buru close [x] dokumen, dan ketika ditanya oleh laptop saya "Do you want to save the changes to document1?" saya langsung menekan "NO"! Dan acara bikin cerpen (lagi) pun lagi-lagi gagal!




Wah, wah! Mengapa saya jadi lemes begini untuk menulis cerpen lagi ya? Memang sih, nggak dosa juga kalau saya nggak nulis cerpen. Tapi rasa-rasanya seperti ada yang kurang kalau mengingat-ingat bagaimana dahulu saya pernah bisa menulis cerpen (meskipun juga nggak jelek-jelek amat, tapi juga nggak bagus-bagus amat cerpen saya). Yang jelas, saat saya berhasil merampungkan satu cerpen, hampir selalu ada satu perasaan yang sulit dirumuskan selain kata "lega", meskipun nggak sampai pada "merasa keren".

Cuman, satu saja hal yang sangat mengganjal di hati bila mana saya "berhenti" menulis cerpen, yaitu ketika dalam pelajaran bahasa Indonesia, saya (sok-sok-an) mengajari anak-anak membuat cerita,  memberi mereka tips-tips cara gampang menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi, bahkan secara "sewenang-wenang menuntut" mereka untuk membuat cerita! Saat itulah saya seperti "penuh dosa" dibandingkan mereka, anak-anak yang "suci" itu! wkwkwk. 

Lah gimana lagi, saya gurunya je, sementara mereka murid-murid saya kan wajib menunaikan tugas dari guru!


Ya Allaaah! :( 
Guru macam apa aku ini....?


close