Terbit! Antologi Puisi Ambarawa Seribu Wajah

Alhamdulillah. Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Alloh Subhanahu wa Taala. Saya turut bahagia, ketika mendengar kabar bahwa pada akhirnya antologi puisi Penulis Ambarawa berjudul "Ambarawa Seribu Wajah" telah terbit. 

Ini  adalah antologi ke tiga karya penulis Ambarawa, setelah sebelumnya sukses menerbitkan dua buku antologi cerpen dan puisi: 1) Kumpulan Cerpen dan Puisi: Ambarawa di Ujung Pena, dan 2) Kumpulan Cerpen: Ambarawa Mekar Sekuntum Kenangan.

Selamat! Sekali lagi selamat, Penulis Ambarawa!

Dalam setiap penerbitan bukunya, yang mana selalu melibatkan banyak orang, pastilah selalu ada kisah yang menarik, menggelitik, sebagai "manis dan asam" sebuah proses. Tak terkecuali pada buku ke tiga yang melibatkan tidak kurang dari 172 penyair dan calon penyair berbagai usia dan berbagai profesi ini. Konsep yang dibangun untuk buku "khusus" puisi ini cukup menarik. Penawara (singkatan dari Penulis Ambarawa) ingin melibatkan semua lapisan masyarakat untuk berakrab-akrab dengan puisi, atau seni sastra secara lebih luas.

Kang Agus Surawan seingat saya pernah bilang kepada saya, "Mulai dari berbagai profesi, yaitu guru, dosen, dokter, tukang ojek, pedagang, tukang parkir, guru ngaji, tukang cukur, TKW; dari berbagai usia, nggak peduli masih Esempe atau sudah kakek nenek!'

Dan di sinilah "suka-duka" sekaligus "keseruannya"! Proses pengumpulan naskah, menjaring para penyair dan "calon" penyair yang "ada ikatan" dengan Kota Ambarawa memang membutuhkan kerja keras! Bisa dibayangkan ketika beberapa "para penyair dadakan" itu diminta untuk menulis? Bagaimana seseorang yang dalam hari-harinya berurusan dengan buah-buahan, wajan, kompor, lalu tiba-tiba harus menulis puisi?



Oleh sebab itulah, saya sangat salut pada kerja keras Penulis Ambarawa! Dalam hati, saya merasa terenyuh, ingin sekali bergabung kembali di tengah-tengah mereka. Saya teringat bagaimana pada tahun pertama cerpen saya "Pertiwi" ikut ningrking di buku Ambarawa di Ujung Pena. Dan pada buku kedua saya menulis cerpen dengan judul "Enam Belas Tahun Kemudian". Tapi...

Ya, dalam proses buku ke-tiga ini, saya "lepas" dari proses tersebut! Beberapa kali saya ditawari untuk ikut menulis, namun saya sudah kadung pakewuh, tidak enak hati. Bagaimana mungkin saya "enak-enakan" ikut nulis puisi, sementara dalam beberapa kesempatan koordinasi, kopdar, dan pembagian kerja dalam rangka penyusunan antologi ini saya jarang sekali hadir?!! Alasannya sih karena saya memang sedang sibuk dengan agenda-agenda kegiatan di sekolah yang seolah mencekik! hehehe.

Semoga harapan penulis Ambarawa (yang sering disampaikan Kang Agus Surawan) kelak terwujud, cepat atau lambat! 

Sekali lagi, selamat!

Salam.


close