Sudah, Jangan Berteman! (Merayakan #HariUnfriendNasional)

Sudah, Jangan Berteman! (Merayakan #HariUnfriendNasional)


Setelah demo #BelaIslam 4 November kemarin, Sabtu paginya di Fesbuk banyak yang bilang aka nada hari Unfriend nasional. Katanya akan ada banyak remove-meremove, blokir-memblokir di FB antar netizen yang nggak sependapat.

Saya Cuma membatin, kok alay banget, hehe. Tapi ternyata memang begitulah. Di beranda FB saya, banyak teman-teman saya yang memasang status, atau pernyataan, berisi rencana tindakan mereka untuk memutus pertemanan (unfriend) sampai blokir terhadap teman (di Friendlist) FB yang suka “bikin rusuh”, atau “Cuma nyepet-nyepeti mripat!” melalui postingan-postingan mereka. Hihihi.

Mereka merasa tidak masalah saat memutus pertemanan orang yang beda pendapat seperti itu, bahkan yang mereka yang sering dodolan (jualan) dengan memanfaatkan media social macam FB itu pun tidak takut akan ada banyak customer, pelanggan, atau pembeli produknya yang berkurang drastis. Lah kenapa takut? Kan rezeki tidak hanya datang dari situ saja. Rezeki sudah ada yang mengatur, yaitu diatur oleh Dia Sang Pemberi Rizki, yaitu Allah Subhanahu wa Taala.

Saya cuma baca-baca aja. Nggak perlu komentar banyak, dan saya nggak perlu menunjukkan kepada siyapa saya berpihak, atau setidaknya siapakah menurut saya yang benar.

Saya justru teringat pada teman, kakak, senior, guru, yang saya temui di BP2M (Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa) Unnes. Namanya Wahyu Aminuddin. Karena dia ini dulu aktif di pramuka, maka dia dipanggil Kak Wahyu. Sementara saya lebih sering menyebutnya Kak W.

Nah, ini ada cerita, kejadiannya sudah dulu sekali... Dulu sebelum saya dengar nama Jokowi, Ahok, Fahri Hamzah, dan Fadly Zon, di BP2M yang memang seharusnya di situlah tercipta forum diskusi, saling belajar dan mengajari, tapi sering juga terjadi debat kusir untuk perkara yang remeh-temeh. Sebab memang bagi kami, BP2M sudah seperti rumah sendiri. Maka ya nggak heran kalau kami sering bercanda begitulah.

Lalu, ketika ada yang eyel-eyelan, debat nggak keruan, misalnya saja ketika kakak beradik yaitu Arif Z. Nurfauzan berantem argumen sama Aliyudin MTop soal cewek, (Oya Zakki sama Toufan ini kakak beradik bukan saudaraan sekandung sih, tapi memang kakak-beradik di organisasi maksudnya, hehe)  dan kebetulan kak Wahyu Aminudin ada di situ, Kak W suka bilang, "Sudaaah, jangan berteman!"

Wkwk. Saya ngakak. "Kak W ini loh, kan harusnya bilang 'syuudaaahh jangan berantem!'  atau kok nggak bilang misalnya, ‘Rasah dho ribut, ajar kabeh loh!’ wkwk!" Lagipula, ketika mengatakan kalimat itu, Kak W santai saja, sambil meneruskan membaca koran atau mengisi TTS di Kompas dan Suara Merdeka sambil ngadep KBBI.

Nah, sekarang... Sekarang saya baru ngeh, ternyata kak W itu sakti... dia seolah bias meramal tren masa depan, apa yang akan terjadi pada masa mendatang, seperti Joyoboyo saja. Lah sekarang perkataan Kak W itu malahan sudah dipraktekkan sama jamaah fesbukiyaah... Ya, pasca demo atau aksi bela Islam 4 November di Jakarta itu! Seperti yang sudah saya singgung di awal tulisan ini, hihihi.

Tentu saja melihat kondisi sekarang ini Kak Wahyu sudah nggak kaget lagi. Dia sudah nggak heran kalau gara-gara debat, beda pendapat soal Ahok, soal Jokowi, soal kata “pakai”, kenapa nggak ikut demo, dan sebagainya, akhirnya unfriend, atau bokir...eh, blokirrr... wkwkwk.



Yah, Kak Wahyu, apa kabar? Acapkali dia masih mengirim saya sms, atau whasapp begini: “Selamat Pagi, Pak Guru,” atau “Mari Ngopi”, atau Cuma mengirim gambar secangkir kopi.
Maka saya juga kadang membalasnya dengan sms misalnya begini: ”Ada yang bisa saya banting?” atau ”One stop servis, layanan prima..."


Saya selalu merasa “kedhisikan”, kalah cepat sama Kak Wahyu untuk menyapa kawan-kawan yang sudah lama tidak bersua. Salam perang elektronika, Kak Wahyu!

sekian.
close