Perjanjian Rahasia Bagian 4

rifanfajrin.com - Perjanjian Rahasia Bagian 4



Perjanjian Rahasia, Bagian 4

[Baca Sambungan Cerita Sebelumnya >> Perjanjian Rahasia Bagian 3]


Tak ada yang dapat dilakukan oleh mereka selain hanya mengangguk mengiyakan atas pertanyaan-pertanyaan Ferluci Vagin. Sebab memang untuk itulah mereka datang menghadap ke bukit keabadian.
“Maka apakah berlebihan jika aku meminta kesetiaan kalian?”
“Jawab!” perintah lelaki yang memakai penutup kepala dan mengenakan jubah hitam panjang yang menyentuh mata kakinya.
“Ya, kami bersedia untuk setia kepada Yang Mulia Ferluci Vagin! Tunjukkan kepada kami bagaimana cara kami menunjukkan kesetiaan kami!”
Ferluci tersenyum. “Tak sulit,” katanya. “Kalian hanya cukup dengan menjagaku agar tetap abadi untuk menunjukkan kesetiaan kalian padaku!”
“Ya, kami bersedia menjaga Yang Mulia Ferluci. Namun, bagaimana kami harus menjaga Yang Mulia, sedangkan Yang Mulia sendiri telah menjanjikan kepada kami, bahwa kami akan tinggal bersama istri-istri dan suami-suami kami di istana-istana mewah, serta memiliki keturunan dari rahim-rahim istri kami?”
“Jaga mulut kalian! Sungguh kalian telah lancang membantah titah Yang Mulia! Kalian telah lupa, jika apa pun perintah telah keluar dari Yang Mulia Ferluci Vagin, maka perintah itu harus segeralah dilaksanakan tanpa sedikit pun ada keberatan sebagaimana ia adalah perintah dari Tuhan!” hardik lelaki yang memakai penutup kepala dan mengenakan jubah hitam panjang yang menyentuh mata kakinya.
“Haha,” Ferluci tertawa. “Sabarlah, Jack!” katanya kepada lelaki berjubah hitam yang kemudian diketahui bernama Jack itu. “Mereka menanyakan kebenaran! Mereka bertanya tentang apa yang telah menjadi hak mereka!”
“Kalian beruntung. Seandainya bukan karena kemurahan Yang Mulia Ferluci, maka sesungguhnya kalian telah binasa!” umpat Jack.
Sungguh pun demikian, ucapan Jack telah membuat para calon menahan nafas-nafas mereka karena ketakutan dan kekhawatiran yang teramat sangat akan kemurkaan Ferluci Vagin.
“Dengarlah, saudaraku! Kalian tak perlu menyulitkan diri kalian untuk menghadap kepadaku setiap waktu, atau melakukan perbuatan-perbuatan sulit seperti yang ada di benak-benak kalian sekarang. Buang jauh-jauh cara kalian untuk menjagaku agar tetap abadi itu! Hanya seperti yang kita sepakati di awal, bahwa kalian akan sendiri akan mengerti akibat mengkhianati Ferluci!”
Ia terdiam sejenak, menelan ludahnya, dan kemudian berkata, “Kalian hanya kuminta untuk menyerahkan Harits kepadaku! Dialah keturunan emas! Dialah sebaik-baik keturunan yang akan terlahir dari rahim-rahim kalian! Dialah anak Fallev dan Maria yang juga merupakan keturunan kalian nantinya! Dialah yang akan menjadikanku abadi!” Ferluci berkhotbah sambil merentangkan kedua tangannya, seolah kekuasaan dan keabadian telah datang di depan matanya.
“Dan ketahuilah! Aku akan menunggu sampai kapan pun untuk mendapatkannya! Aku tidak peduli, jika nanti yang terjadi, di antara kalian telah melupakan kesepakatan ini!”
Mereka, para calon, telah mendengar dari telinga mereka sendiri setelah mereka-reka dalam benak-benak mereka, apa yang diminta oleh Ferluci Vagin. Dan kini perjanjian telah terucap. Janji adalah janji meski tak ada tinta yang menyuratnya pada selembar kertas. Tak ada alasan lagi untuk tidak menepati perjanjian itu, selain mungkin hanya kealpaan atau kekhilafan.
“Kita telah menerima kesepakatan ini. Kita berjanji untuk tidak menyesalinya, saudaraku!”
“Janji adalah janji, dan kita tak dapat mengelak lagi.”
“Apalagi yang kita pikirkan, sayang? Apa yang kita dapatkan ini adalah sebuah kemenangan yang besar!”
“Penderitaan telah berakhir, dan kejayaan telah datang menyapa kita!”
“Ya, penderitaan telah berakhir, dan kejayaan telah datang menyapa kita!”

bersambung ke bagian 5

Bersambung ....
close