Mengembalikan Peran Orangtua

 
Arsip Artikel
 
Banyaknya kasus yang menimpa anak-anak mulai dari broken home, anak-anak terjerat narkoba, hingga kasus penculikan dan kekerasan pada anak-anak sesungguhnya mengindikasikan semakin berkurangnya peran dari orang tua terhadap anak-anaknya.
Orang tua pada dasarnya adalah tempat edukatif yang paling dasar/asas bagi anak. Dari sanalah anak untuk pertama kali akan mendapatkan pelajaran-pelajaran dan pengalaman hidup yang penting sebelum menginjak bangku sekolah. Melalui sentuhan dari sang ibu maupun sang ayah si anak akan terbentuk karakternya, edukatif kognitifnya, hingga sisi afektif si anak.

Sayangnya, seiring dengan pesatnya perkembangan zaman serta arus globalisasi mau tidak mau telah menuntut manusia menjadi seseorang yang katakanlah multi talent, multi skill, mampu bersaing dalam segala bidang, tidak pandang itu pria maupun wanita. Kondisi demikianlah yang kemudian kadang-kadang telah mengikis perhatian orang tua (terutama ibu) dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Para wanita terlampau sibuk mengurusi karier dan pekerjaannya sehingga melupakan pekerjaan utama di rumah. Mengandalkan seorang suami sebagai penopang hidup seolah tak cukup.
Adapun yang bertugas mengasuh dan mengawasi anak di rumah diserahkan kepada nenek atau kakek yang telah renta, itupun kalau kebetulan kakek dan nenek tinggal serumah. Itu pun masih mendingan. Kadang-kadang justeru orang tua menyerahkan tugas mengasuh, mendidik, hingga mengawasi si anak dari hal-hal negatif diserahkan kepada pembantu rumah tangga yang mempunyai tugas rangkap seperti mengepel lantai, mencuci pakaian, hingga membersihkan kamar mandi dan urusan rumah tangga lainnya. Sampai-sampai ada cerita seorang anak harus meriang gara-gara ditinggal pembantu mudik ke kampung halaman pada saat mudik lebaran. Perlu diperhatikan bahwa anak dalam masa perkembangannya merupakan masa-masa yang penting dimana si anak mulai kritis terhadap lingkungan di sekitarnya. Bukan meremehkan atau menafikan peran para pembantu rumah tangga, namun sesungguhnya si anak dalam masa ini memerlukan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya.
Di sinilah peran orang tua yang sesungguhnya sangat diperlukan karena akan memengaruhi dasar awal perkembangan anak yang amat penting. Dasar awal itulah yang nantinya akan cepat berkembang menjadi pola kebiasaan yang akan berpengaruh pada penyesuaian pribadi dan sosial anak sepanjang hidupnya. Dasar awal yang baik dan terarah menjadi begitu penting mengingat pola sikap dan perilaku yang dibentuk pada awal kehidupan akan cenderung bertahan lama, baik hal itu baik atau buruk. Mengutip ungkapan Milton (dalam Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 25) menyatakan bahwa “Masa kanak-kanak meramalkan masa dewasa, sebagaimana pagi hari meramalkan hari baru.”
Pertama kali yang perlu dilakukan, orang tua mestinya dapat berperan dalam menciptakan hubungan antar pribadi yang harmonis dan menyenangkan dalam kehidupan sebuah keluarga. Hal ini akan mendorong terciptanya iklim keterbukaan antar anggota keluarga. Setiap masalah yang muncul akan diselesaikan secara bersama dan kekeluargaan. Tentunya hal ini akan terwujud bila orang tua mempunyai porsi waktu yang cukup untuk bercengkrama bersama anak-anaknya. Sesuatu hal yang teramat sulit digapai oleh para orang tua yang mempunyai banyak pekerjaan di luar rumah.
Kedua, orang tua mestinya mampu menciptakan suasana/keadaan emosi yang baik dan stabil di antara masing-masing anggota keluarga. Ketiadaan hubungan emosional seringkali gangguan kepribadian bagi si anak. Sebaliknya pemuasan emosional mendorong perkembangan pribadi yang baik bagi si anak. Hubungan emosional yang baik ini (sama halnya dengan poin pertama) akan terwujud bila ada komunikasi yang terjalin antar anggota keluarga. Semakin sering dan intens komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak akan semakin menguatkan hubungan emosional si anak. Sebaliknya ketiadaan hubungan emosional biasanya disebabkan adanya penolakan terhadap salah satu anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua. Lantas apa bedanya dengan orang tua yang kebanyakan bekerja di luar rumah, yang hanya menyisakan sedikit sekali waktu untuk anak-anaknya? Bukankah hal itu sama artinya dengan berpisah dengan orang tua?
Dan yang ketiga, orang tua haruslah menciptakan suatu lingkungan yang dapat merangsang perkembangan fisik dan mental yang baik bagi si anak. Lingkungan yang merangsang merupakan salah satu pendorong perkembangan kemampuan anak yang diturunkan. Hal ini dapat dilakukan sejak dini, yaitu sejak si anak masih dalam ayunan (bayi). Yakni dengan sering mengajak berbicara atau berkomunikasi dengan si bayi, atau bercerita dengan buku cerita bergambar ketika anak memasuki usia prasekolah, akan mendorong minat belajar si anak. Dengan demikian si anak akan dapat berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Melihat kenyataan mengenai kondisi orang tua masa kini yang minim peran, selain sebagai pencari nafkah bagi anak-anaknya, sudah saatnya perlu adanya revitallisai peran orang tua terutama ibu sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Kiranya untuk melangkah ke arah itu diperlukan langkah-langkah yang bijak, bilamana yang terlanjur terjadi adalah para orang tua (termasuk ibu) adalah orang-orang yang sibuk dengan karier. Bukanlah dengan serta merta meninggalkan begitu saja karier yang telah dibangun dengan susah payah dan cucuran keringat, melainkan dengan mulai menggagas terbukanya ruang dialog dan komunikasi dengan anak-anak walaupun hal itu tidak dapat lama. Namun, hal itu minimal telah menunjukkan sebuah perhatian orang tua terhadap anak-anaknya dalam masa perkembangannya.
Jika hal ini terwujud maka perkembangan si anak beserta hal-hal yang dialaminya akan dapat dengan mudah tercover atau terpantau oleh orang tua. Dari sanalah peran orang tua dalam mewarnai kehidupan si anak dengan nilai-nilai moral yang baik dapat tercapai. Tidak akan ada lagi cerita anak-anak terjerat narkoba karena mencoba-coba mencari pelarian dari sebuah kebosanan, atau cerita anak-anak yang broken home ditinggal orang tua, atau kasus penculikan dan anak hilang yang dikarenakan kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka.
Apalagi dalam momentum hari ibu yang jatuh bulan desember, selain kewajiban kita merenungkan jasa-jasa seorang ibu terhadap diri kita, mestinya kita maknai pula untuk mengembalikan peran orang tua (terutama ibu) sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya. Jangan melulu dimaknai sebagai sebuah dorongan emansipasi bagi wanita yang seringkali disalahartikan sebagai kelumrahan bagi seorang wanita untuk meniti karier sampai ke puncak.
Akhir kata penulis sampaikan selamat hari ibu kepada para ibu di seluruh penjuru dunia yang teramat mulia perannya dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya dengan baik.[]












close