Kreativitas
Saya pernah merekomendasikan kepada seorang kawan satu bacaan cerdas sekaligus menghibur: Doraemon. Mendapat rekomendasi tersebut, kawan saya ketawa ngakak. Menggelikan, katanya. Kenapa Doraemon yang terang-terang sangat khayal, nggak rasional, disebut sebagai bacaan cerdas? Nggak salah?! Lain ceritanya kalau yang direkomendasikan adalah Detektif Conan, itu baru cerdas!
Eits! Jangan salah paham dulu. Kalau dipandang khayalnya sih memang khayal. Namun, cobalah memandang cerita-cerita Doraemon dengan kacamata kreativitas! Mari bersama kita simak: cerita Doraemon yang sudah tayang di tivi bahkan sejak kita kanak-kanak, belasan tahun masih tayang, selalu memunculkan satu permasalahan baru dalam setiap episodenya. Nah, dari setiap permasalahan itu, bagaimana cara penyelesaiannya?
Yupz! Betul sekali! Setiap masalah akan selalu diselesaikan dengan satu alat khusus yang keluar dari kantong ajaib Doraemon!
Busyet!!! Alat dari kantong, apanya yang kreatif?
Aha! Baiklah. Garis bawahi: Setiap masalah akan diselesaikan dengan satu alat khusus, artinya, setiap masalah diselesaikan dengan satu ide kreatif, bukan sekadar Sim salabim, dan lalu beres! seperti yang kita jumpai dalam cerita-cerita khayal macam Ceritera dari Negeri Dongeng – tokohnya Nirmala, Oki, Ratu Bidadari, dsb. Atau dalam cerita Si Entong, misalnya.
Jika kita mau berandai-andai, siapa yang menyangka dari satu alat khusus Doraemon untuk mengecilkan barang-barang mainan Nobita yang berserakan di kamarnya supaya ringkas, termasuk mengecilkan tivi dan kulkas, hal itu kemudian mengilhami para ilmuwan dan ahli teknologi untuk membuat komputer mini, laptop, dsb, yang bisa dengan mudah dibawa kemana-mana? Atau, siapa tahu berangkat dari ide cerita Nobita dan Doraemon yang bisa mendeteksi kebohongan, kemudian di masa kini tercipta satu alat pendeteksi kebohongan paling canggih?
Memang sih, mungkin saja para ilmuwan tak menyimak cerita Doraemon terlebih dahulu sebelum menciptakan temuannya. Yang di atas itu sekadar contoh sederhana saja, biar gampang!
***
Begitulah pentingnya ide kreatif. Tinggal bagaimana kita berikhtiar untuk mewujudkan setiap ide yang ada di batok kepala kita. Ketika sudah ada ide di kepala, keberanian/nyali untuk mewujudkan ide itu yang kemudian musti dihadirkan. Jika tidak, ide akan menjadi angan-angan belaka. Hati-hati, tak ada yang baru di bawah matahari, setiap orang bisa jadi memiliki ide yang sama, tinggal siapa cepat dia dapat. Orang pertama yang mampu merealisasikan, dialah jagoannya. Dan lagi, ide itu bisa menular, terutama jika pemilik ide itu bisanya cuma OD – omong doang. Padahal sekadar omongan sangat rentan diyakini siapa pencetusnya jika tidak benar-benar on the record, tidak ada sesuatu yang membikinnya jadi valid.
Setingkat lebih tinggi adalah memotret atau menuliskannya, syukur-syukur jadi benda yang keren lagi bermanfaat. Kemudian, simpanlah sebagai arsip!
Kawan saya pernah bercerita bahwa dia pernah merancang sebuah kado ultah untuk kawannya. Dia buat sebuah rangkaian foto yang mengisahkan haru-biru kawannya itu untuk membelikan boneka sebagai kado ultah pacar kawannya tersebut. Hasilnya, dahsyat! Kado macam itu tentu saja lebih oke ketimbang boneka Teddy.
Nah, andai saja setiap kita terbiasa berpikir kreatif, kan nggak ada ceritanya kita repot mencari tema untuk KKN (Kuliah Kerja Nyata) Alternatif, misalnya?
Atau begini saja misalnya, jika kita lulus jadi sarjana – sarjana apapun, sarjana teknik misalnya – ketika susah mencari pekerjaan, apalagi menciptakan lapangan kerja baru, kumpulkan saja keinginan dan cita-cita. Bahkan cita-cita paling berat sekalipun! Keinginan dan cita-cita usaha yang rasanya nggak mungkin bin ngimpi bin mustahil untuk terwujud sebab tak ada modal dana. Tulis saja keinginan itu, tuliskan getirnya hidupmu dalam satu cerita novel! Tokoh utamanya ya kita sendiri! Percayalah, kita sangat digdaya dalam cerita yang kita bikin sendiri! Mau Adigang, Adigung, Adiguna dalam cerita kita sendiri, nggak masalah! Lalu setelah itu, sebagai warga Negara Indonesia yang punya sila pertama berupa Ketuhanan Yang Maha Esa – jangan sampai lupa untuk berdoa juga! Berdoalah semoga novel itu best seller. Hahaha! Amin!
Salam. [] M. Rifan Fajrin