[Resensi Buku] Menguak Rahasia Dapur Media! Pengakuan Seorang Manipulator Media bernama Ryan Holiday

Resensi Buku: Pengakuan Seorang Manipulator Media bernama Ryan Holiday


Judul Buku : Trust Me I'm Lying [Pengakuan Seorang Manipulator Media]
Judul Asli   : Trust Me I'm Lying - the tactics and confessions of a media manipulator
Penulis        : Ryan Holiday
Editor          : Ridoni Daniel
Penerjemah : Aswita Ratih Fitriani
Penerbit       : Change, Jakarta, Februari 2016
Tebal Buku  : 428 Halaman

"Unsur terdalam dari jurnalisme, sebaliknya, adalah berbohong dalam artian yang luas dan sukses. Jika berbohongnya dihilangkan, yang Anda dapatkan bukan lagi jurnalisme." - James Agee, (dalam buku Let Us Now Praise Famous Men)

Sepuluh tahun yang lalu ketika saya masuk dan belajar di pers kampus, seorang senior di organisasi tersebut bilang bahwa apabila tidak ada satu pun yang bisa kita tulis atau diberitakan, apakah lantas kamu bengong saja?! Mencari berita (hunting berita) itu seperti merasakan angin yang berhembus, dan bila tidak ada angin, kenapa tidak coba menciptakan angin?

Kira-kira seperti itulah, sejauh yang saya ingat. Dan sekarang, di tangan saya ada sebuah buku yang betul-betul "brengsek". Ya, "TRUST ME, I'M LYING" tulisan Ryan Holiday: seorang Machiavelli era Internet, seorang jenius media, seorang dengan tipe pintar dan tampan seperti Arthur Miller bagi gadis yang mengunggah video dirinya di Youtube sedang makan es krim tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, seorang yang bisa dengan begitu mudahnya memelintir pendapat ke arah mana pun, sekaligus seorang yang menyodorkan bahan pemikiran yang berharga tentang bagaimana kita menerima--dan memilah--informasi.

Buku setebal 428 halaman ini saya baca dengan cepat, tidak seperti buku-buku koleksi saya yang biasanya untuk buku setebal itu saya harus membacanya paling tidak selama satu minggu, kecuali kalau sedang liburan sekolah. Buku ini saya baca dengan perasaan yang campur aduk, muak dengan kenyataan, atau malahan mungkin termotivasi(?). Termotivasi untuk apa? Motivasi untuk mengeksploitasi media (ikut-ikutan memancing di air keruh--mengejar traffick lalu lintas blog dengan segala ilmu hitamnya dan kemudian tersenyum lebar lantaran mendapatkan recehan dolar), atau untuk mengenali manipulasi dan mencegahnya? Mencegah? Yang benar saja! Jangan bercanda! Nah, seperti itulah kiranya apa yang saya rasakan. 

Bagaimana pun, membaca buku ini, saya semakin menyadari bahwa bagi para "koki" di "dapur-dapur media" yang terpenting adalah klik, klik, dan klik. Share, share, dan share! Persetan dengan kekalutan yang ditimbulkan, masa bodo dengan "kebenaran", itu semuanya tidak penting! Yang mereka tahu, kantong semakin tebal, itu saja, titik! Meski bagaimana pun harus kita akui bahwa mereka pandai juga memainkan peran, memainkan psikologi dan kecenderungan pembaca berita di era medsos ini. 

Maka jangan heran di negara kita saja, Indonesia tercinta ini, berapa banyak artikel dan berita (sampah) yang begitu cepat menyebar menjadi virus (viral) entah itu benar atau bohong. Semuanya demi apa? Tentu saja demi uang.

Anda mungkin pernah mendengar tips MENGERUK uang melalui blog, dengan membodohi orang-orang PAKAI blog? (Semoga saya nggak dipolisikan karena dianggap menistakan BLOG! wkwk). Jika memang Anda pengen mengeruk uang dengan blog (entah bagaimana caranya yang penting dapet uang) Anda bisa melalukan cara "kotor" misalnya seperti ini: saat ini sedang ramai PILKADA serentak, maka bikinlah satu blog yang Pro Calon tertentu, dan satu blog lagi yang Anti Calon Tertentu! Tentu saja tujuannya adalah mewadahi lovers dan haters calon tersebut sekaligus! Barangkali efek yang Anda timbulkan adalah mereka yang lovers dan haters itu saling "PERANG", tapi itu masa bodo, yang penting traffic lancar dan kantong semakin tebal!

Dengan membaca buku ini, kita tahu bagaimana seorang Ryan Holiday begitu "gampangnya" membentuk (menggiring) opini publik, membuat kontroversi, membuat seseorang menjadi terkenal, dan sebagainya.

Apakah Ryan Holiday semata-mata melakukan keburukan? Tidak! Dia juga melakukan hal yang sama untuk mengumpulkan uang donasi untuk amal.

Kenapa semua menjadi gampang! Simak salah satu quotes ini:

“Sebagian orang di pers, menurut saya, malasnya minta ampun! Ada kalanya saya menyodorkan sebuah cerita dan mereka mengikutinya kata demi kata. Itu benar-benar memalukan! Mereka sedang menyesuaikan diri dengan suatu masa yang menuntut kualitas yang semakin menurun dan kuantitas yang semakin meningkat. Dan seringnya hal tersebut justru menguntungkan saya, karena saya pikir sebagian besar wartawan senang jika saya mengemas semuanya untuk mereka. Kebanyakan orang akan lebih memilih yang mudah, sehingga mereka bisa bergerak ke hal berikutnya. Wartawan itu dinilai dari seberapa sering tulisan mereka dimuat di Drudge. Memang patokan yang buruk, tapi itu kenyataannya.” – Kurt Bardella, Mantan Sekretaris Pers dari Anggota Kongres Partai Republik Darrel Issa
Anda juga bisa membaca quotes-quotes menarik yang ada di dalam buku ini di link ini!

Begitulah. Lantas apa yang bisa kita lakukan setelah kita tahu semua ini? UP To YOU! []

---
Matur Nuwun: Surahmat [Rahmat Petuguran] 
nyilih bukune seminggu, tapi prakteknya kubawa buku ini hampir satu bulan. Hihihi.
close