Es Teh di Kantin Sekolahku, Karya Rucita S. Cahyani



Rasanya baru kemarin aku mengajar mereka. Tahun ini, anak-anak itu sudah lulus. Sedih tetapi juga sekaligus gembira. Dan kini aku merasa beruntung. Setidaknya aku masih menyimpan beberapa dari karya-karya mereka. Pelan-pelan, kuketik ulang cerita pendek mereka.
Mereka adalah Lintang Ayu Maitri, Rucita S. Cahyani, Nabila Kanaya Putri, dan Yohana Emanuella. Semoga kalian berhasil di kehidupan ini, Nak. :)


Es Teh di Kantin Sekolahku
Oleh Rucita S. Cahyani*

Pagi itu aku tidak diberi uang saku oleh ibu. Kata ibu, kemarin aku sudah jajan banyak. Jadi hari ini aku tidak boleh jajan. Aku masih memaksa ibu. Tapi ibu tetap mencari alasan untuk melupakan hal tersebut. Akhirnya aku terpaksa berangkat sekolah dengan saku kosong.
Sesampainya di sekolah, ada banyak temanku yang berniat untuk memamerkan uang saku mereka. Ada yang berkata, “Jacinda, aku membawa uang sepuluh ribu. Jacinda aku membawa uang duapuluh ribu!” sampai-sampai hati sabarku pecah dan mulai iri kepada mereka. Aku rasanya ingin meminjam uang, tetapi aku tidak enak rasanya.
Bel masuk berbunyi. Jam pelajaran pertama dimulai. Umumnya aku mendapat nilai terbagus saat pelajaran. Tetapi gara-gara memikirkan bagaimana caranya untuk aku membeli makanan di kantin, nilaiku menjadi menurun dan tidak konsentrasi saat pelajaran.

Bel istirahat pertama berbunyi. Teman-teman langsung menyerbu makanan dan minuman di kantin. Sedangkan aku hanya duduk bengong sambil memikirkan cara itu kembali. Aku pun mengetuk kepalaku, tetapi tetap tidak ada cara yang aku temui.
Temanku, Cinthya, tiba-tiba masuk ke kelas dan membawa satu gelas es teh yang biasanya  tidak dijual di kantin. Aku ingin sekali es teh itu. Cinthya bilang es teh itu enak dan segar. Bukan hanya dia saja yang bilang, tetapi teman-teman kelasku juga bilang seperti itu.
Bel jam pelajaran kedua berbunyi. Aku ternyata melakukan hal yang sama, nilaiku menurun dan tidak konsentrasi belajar. Kemudian Ibu Guru menghampiriku dan bertanya kepadaku.
“Kamu kenapa, Jacinda? Nilai kamu kok menurun dan kamu tidak konsentrasi belajar?”
Aku menceritakan kepada Ibu Guru kalau aku tidak membawa uang saku.
Akhirnya Bu Guru berbaik hati untuk memberi uang kepadaku. “Ini untuk kamu, Jacinda, agar kamu bisa membeli jajan dan berkonsentrasi belajar lagi.”
Aku senang dan langsung berterima kasih kepada Bu Guru. Aku tak sabar menunggu bel istirahat kedua berbunyi.
Bel istirahat kedua pun berbunyi. Aku berjalan kaki untuk membeli es teh itu.
“Bu, aku ingin membeli es teh yang enak dan segar itu.”
Ibu kantin menjawab, “Maaf, Jacinda, es teh itu sudah habis. Kamu bisa membeli es teh itu lain kali.”
Aku mengembalikan uang itu ke Bu Guru dengan perasaan sedih dan kecewa.
Saat pulang sekolah pun aku masih saja merenung tentang kejadian itu. Ibu bertanya kepadaku, “Kamu kenapa, Jacinda, kok cemberut gitu?”
“Aku ingin es teh di kantin itu, Bu, tetapi sudah habis!” jawab Jacinda.
“Kan lain kali kamu bisa beli lagi. Atau mungkin nanti Ibu bisa buatin kamu,” kata Ibu menenangkan Jacinda.
“Ya, terima kasih, Bu.”
Kemudian Jacinda dan Ibu makan siang bersama. Jacinda makan sambil berpikir, “Mungkin besok aku akan diberi uang saku oleh Ibu!”
Pada saat makan malam pun sama, Jacinda makan sambil terus memikirkan itu.
Esoknya, Jacinda memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu, sesuatu pertanyaan yang sebenarnya ingin ditanyakan sejak kemarin sepulang sekolah. Yaitu pertanyaan tentang apakah Jacinda akan diberi uang oleh Ibu?
Ibu berkata, “Jacinda, Ibu akan selalu memberi uang jajan untuk kamu, tetapi kamu harus janji untuk tidak jajan berlebihan!”
“Iya, Bu,” jawab Jacinda.
Akhirnya, Jacinda pergi ke sekolah dan membeli es teh dengan hati yang senang dan merasa gembira.[]

*) Rucita S. Cahyani, adalah siswi kelas 5B SD Lab. School Unnes.

Baca juga cerpen karya Yohana Imanuella => "Peri Candra"
Baca juga cerpen karya Nabila Kanaya Putri => "Arti Sahabat" 
Baca juga cerpen karya Lintang Ayu Maitri => "Taman Impian" 
close