INDUSTRI KERUPUK POTENSI DAN TANTANGANNYA

Rifanfajrin.com - Industri Kerupuk Tuntang, Potensi dan Tantangan

catatan: artikel ini dibuat oleh keponakan saya, Nadia Diana Hamida Syakieb untuk tugas sekolahnya. Saya mendampingi dan mengoreksi proses penulisan artikel tersebut.

Kecamatan Tuntang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Semarang. Kecamatan yang terletak di antara kecamatan bawen dan kota salatiga ini, memiliki wilayah yang cukup luas. Kecamatan Tuntang terdiri dari beberapa desa, diantaranya  Desa Kalibeji, Desa Rowosari, Desa Jombor, Desa Candirejo, Desa Kesongo, Desa Lopait dan Desa Tuntang.

Desa Tuntang, adalah salah satu desa yang cukup potensial. Sebab secara geogarafis desa ini sangat strategis sebagai pusat industri kuliner. Salah satu industri yang menonjol di dusun saya, Praguman Tuntang, Desa Tuntang, kecamatan Tuntang, adalah industri kerupuk. 

Di desa praguman juga terkenal dengan berbagai macam kerupuk seperti kerupuk dele, kerupuk rambak, dan krupuk nasi (opak) dan produk- produk ini sudah sampai diberbagai macam daerah seperti di Jawa barat, Sulawesi, dan di daerah lain nya.



Saya sebagai keponakan dari salah satu pelaku usaha kerupuk, cukup familiar dengan usaha ini. Om Taufik namanya. Ia meneruskan usaha dari kakek dan nenek menggeluti usaha ini sejak tahun 2006. Bedanya, dulu kakek dan nenek membuat kerupuk jenis rambak dan puyur berbahan dasar ketela, sedangkan om Taufik membuat kerupuk kedelai dengan bahan baku tepung pati dan kedelai.

Kegiatan produksi

Untuk memproduksi kerupuk, diperlukan waktu yang cukup lama. Kegiatan produksi diawali dari merendam kedelai, dan menyiapkan bumbu racikan rahasia. Setelah itu dilanjutkan dengan proses membuat adonan, yaitu mencampurkan tepung pati, kedelai dan bumbu ke dalam mesin pencampur. Setelah diaduk selama beberapa menit, setelah itu adonan dituangkan ke dalam loyang untuk dipanaskan dalam oven. Proses ini memakan waktu beberapa jam. 

Setelah matang, kemudian angkat loyang adonan untuk ditiriskan. tunggu beberapa jam agar adonan dari loyang tersebut dingin tetapi jangan sampai keras. Sebab apabila sudah keras akan sulit untuk dirajang. Sebaliknya jika masih terlalu panas, maka juga tidak bisa dirajang (dipotong menggunakan mesin). Butuh keahlian khusus untuk melakukannya. 

Setelah dipotong/dirajang, kegiatan berikutnya adalah menjemur kerupuk selama setengah hari. Tergantung cuaca, apakah panas atau mendung. Jika musim panas tiba maka kerupuk akan cepat kering. Sebaliknya jika cuaca mendung atau bahkan hujan, tidak jarang kerupuk yang dijemur akan membutuhkan waktu dua hari untuk pengeringan.

Kembali ke proses produksi, setelah kering maka kerupuk kemudian melalui proses pengepakan. Ketika proses pengepakan ini, maka akan dipilah kerupuk yang bagus dan tidak bagus (terpotong atau remuk) akan dipisahkan. Plastik berkapasitas 5 kg telah disiapkan. Setelah selesai dikemas, maka kerupuk siap untuk didistribusikan. 

Saat ini, kerupuk kedelai oleh om saya dijual seharga 65rb per bal / per 5 kilo gram. Alhamdulillah kegiatan ini adalah kegiatan usaha kebanggaan keluarga yang telah mampu menyekolahkan putra putrinya ke tingkat sarjana dan memberikan kehidupan yang layak.

Tantangan

Usaha kerupuk memiliki beberapa tantangan. Om Taufik menyebutkan, setidaknya ada tiga tantangan yang paling berat dihadapi oleh pelaku usaha kerupuk saat ini, yaitu cuaca yang tidak menentu, Tidak stabilnya harga bahan baku, dan lesunya pembeli di era pandemi efek covid. 

1) Cuaca yang tidak menentu menyebabkan terganggunya jadwal produksi. Hal ini dikarenakan apabila terjadi hujan, padahal kerupuk yang dijemur hari ini belum kering, maka menyebabkan rajangan kerupuk berikutnya tidak mendapatkan tempat untuk dijemur. Selain itu apabila hujan terjadi terus menerus maka kegiatan menjemur menjadi tertunda. Belum lagi apabila sudah terlanjur menjemur kerupuk, namun tiba tiba terjadi hujan, maka mengakibatkan kerupuk yang sudah hampir kering menjadi basah kembali. Hal ini tentu menjadikan kualitas kerupuk menjadi berkurang. Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan menyiapkan ruangan khusus untuk mengeringkan kerupuk, kemudian menggunakan alat blower untuk mengeringkan.

2) Ketidakstabilan harga bahan baku kerupuk juga menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri kerupuk. Sebab ketidak stabilan tersebut tentu akan berpengaruh pada harga jual kerupuk. Padahal, sangatlah tidak mungkin bagi pelaku usaha untuk mengurangi kualitas produksinya. Sejauh ini nampaknya belum ada cara yang efektif untuk mengatasi masalah ini.

3) Lesunya aktivitas pembelian karena pandemi covid juga sangat berpengaruh bagi pelaku industri kerupuk. Sebab selama ini, kerupuk dinikmati dan didistribusikan hampir di berbagai kota besar, dengan adanya pembatasan aktivitas masyarakat, juga berpengaruh terhadap aktivitas produksi, distribusi, dan konsumsi kerupuk.

Akhir kata

Demikianlah artikel singkat tentang deskripsi industri kerupuk di daerah Tuntang berdasarkan pengamatan saya, semoga bermanfaat.


close