Latihan Badminton


Saya suka badminton. Olahraga ini sudah saya kenal sejak kecil. Saya juga sering memainkannya meskipun tidak di lapangan badminton. Waktu kecil saya biasa memainkannya di halaman rumah.

Saya lebih sering main sepakbola ketimbang badminton. Hingga saya selesai sekolah/kuliah, sepakbola lebih sering saya mainkan daripada badminton. Berbeda dengan badminton, untuk main bola saya sudah sering main di lapangan bola--tidak sekedar di halaman rumah atau sekolahan. 

Itu berlanjut sampai marak olahraga futsal yang saya kenal saat masih kuliah. Paling sering saya bermain futsal sama teman² kuliah, kemudian sama teman² SMA bila sedang pulang kampung.

Kembali ke badminton, seingat saya, saya pertama kali dan satu-satunya main di lapangan badminton itu waktu BP2M dipegang Surahmat. Waktu itu kawan2 BP2M mengadakan turnamen badminton antaranggota. Tempatnya kami sewa lapangan di Kalialang.

Hasilnya, saya kalah di pertandingan pertama lawan Surahmat yang akhirnya keluar jadi juara nomor perorangan putra. Waktu itu sih saya berkilah gara2 shuttlekok-nya nggak kelihatan. Lah gimana saya lepas kacamata saya. Kalu pun kacamata itu saya pakek, tetap saja melorot karena keringat.

Saat itu juga saya bilang dalam hati, bahwa saya nggak bakat main badminton. Terkendala penglihatan.

Tapi ternyata.... Beberapa hari yang lalu, saya turun lagi ke lapangan badminton. Kali ini bareng rekan-rekan guru di sekolah. Tempatnya di gedung badminton depan sekolah. Insyaallah, rencananya setiap Jumat siang kami main badminton.

Kegiatan tersebut untuk mengganti jatah olahraga mingguan kami yang ilang, yaitu futsal. Ya, kami berhenti futsal. Bukan karena sudah nggak seneng, tapi karena kekurangan personil.

Rupanya, saya rasakan lebih capek badminton daripada futsalan. Apalagi kalu main single. Maju mundur pontang panting kanan kiri sampai mau muntah rasanya. Kalau futsal sih, saya tinggal diem aja di depan sebagai target man. Hehehe. Tugas saya tinggal nyerang aja. Kalu badminton, saya harus nyerang sekaligus bertahan secara berbarengan.

Yah, yang penting seneng aja. Bisa keluar keringet, mbuang lemak, gitu aja saya sudah cukup bahagia. Apalagi istri saya mendukung penuh meskipun proposal saya untuk beli raket masih pending belum di-acc oleh istri saya. Nunggu tanggal muda, katanya.

Harapan saya, mudah-mudahan melalui kegiatan main badminton bareng begini bisa lebih mempererat kekompokan kami di antara guru-guru. Itu yang penting. Soal main belum apik, kalahan, nggak masalah-lah namanya saja masih pemula. 

Dulu Taufik Hidayat juga nggak langsung menangan. 

close