Ulang Tahun, Doa, dan Umur yang Tersisa

Beberapa waktu yang lalu saya ngobrol santai sama teman tentang kebiasaan anak-anak yang merayakan ulang tahun di sekolah. Mereka suka membagi snack makanan ringan yang dibungkus secara imut-imut dan menarik hati kepada teman-temannya di sekolah pada hari bahagianya itu. Kegembiraan tersebut terasa lengkap bila orang tua (ayah dan/atau ibu) beserta wali kelasnya bisa ikut serta dalam "pesta kecil" itu, bernyanyi bersama "selamat ulang tahun" ditambah pula mengucap doa baik untuknya.

Kami (saya dan teman saya itu) sih seneng-seneng aja bila turut menjadi bagian dalam kebahagiaan sederhana itu. Apalagi kami tentu saja dapat snack khas anak kecil itu juga dari anak yang ultah. Jajanan yang dulu waktu kecil jarang betul bisa dibeli. Hehehe.

Mengenai perayaan ultah, saya sendiri nggak terlalu saklek dengan ikut-ikutan bilang misalnya begini, "umur semakin berkurang kok bahagia bahkan malahan tepuk tangan?" Atau, "ulang tahun itu tradisi londo, barat! Pemborosan. Mubazir temannya syetan!" Hihihi. Bagi saya ya silakan aja kalu kita mau "bersyukur" masih diberi umur, dan bukannya malah baik kalu mau menyisihkan sebagian rezeki/uang untuk bagi-bagi jajan kepada kawan-kawan... Selain itu, Anak-anak tentu saja masih memiliki harapan yang besar untuk kehidupan masa mendatang, baik harapan dan cita-cita dari mereka sendiri maupun harapan dan cita-cita dari guru dan orang tua yang diucapkan untuk mereka. Maka hari ulang tahun seringkali menjadi moment yang sangat pas, di saat anak pun senang dan bersemangat untuk meraih cita-cita itu.

Yang kemudian menjadi sedikit persoalan adalah ketika kebiasaan merayakan ultah di sekolah itu menimbulkan semacam "tradisi" bahkan "kewajiban" bagi setiap anak yang ulang tahun. Mereka menjadi malu, minder, merasa ada yang kurang bilamana ultahnya tidak dirayakan bersama teman-teman di sekolah.
Ngomong-ngomong, Anak-anak itu sudah tau kapan hari lahir teman-temannya. Mereka lalu melingkari hari lahir setiap anak pada kalender di kelas. Tanggal lahir saya pun juga dilingkari.... wkwkwk. Mereka tahu dari mana?

Nah, membincang soal kebiasaan anak-anak ini, obrolan saya dan teman saya itu kok bisa mbleber-mbleber, ngalor-ngidul, nggak jelas jluntrungannya sampai pada akhirnya kami ngobrol soal umur yang tersisa.

Kenapa ya, doa yang dialamatkan untuk seorang yang ulang tahun itu selalu "panjang umurnya", minta diberi umur panjang...? Doa yang diucapkan sekaligus sambil nyanyi itu. Apa yang hendak dicapai ketika kita betul-betul diberi umur panjang?

Jawabannya, kata teman saya, adalah setidaknya itu adalah tanda bahwa kita masih diberi kesempatn untuk tobat.
Wkwkw! Saya ngakak mendengar jawaban itu. Lalu kalu yang ultah itu anak-anak, mereka tobat untuk apa? Dalam benak saya kan kata "tobat" kadung memberikan kesan sebagai sebuah upaya membersihkan dosa-dosa, dan cenderung bermakna dosa yang kebangetan? Sementara anak-anak, sebandel apa mereka? 

Alhamdulillah sih anak-anak kami di sini masih polos, terjaga, dan berakhlaq baik. :)

Maka dia buru-buru meralat, bahwa itu adalah tanda bahwa kita diberikan kesempatan untuk terus memperbaiki diri, memaksimalkan potensi, dan kesempatan untuk meraih cita-cita mulia masing-masing di sisa umur yang berapa kuotanya tetap misterius itu. Menjadi misteri ilahi kata Ari Lasso. Hehehe.

Nah, kalu yang ini saya nggak ngekek lagi. Melainkan saya manggut-manggut. Lalu, moment ultah itu bisa jadi saat yang tepat untuk merenungi diri, introspeksi diri, tapi untuk anak atau seseorang yang sudah ndolor, sudah bisa bernalar, sudah bisa mikir, dan seharusnya busa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Heheh, kawan saya buru-buru nyambung dengan tapi itu, mungkin karena tadi saya ngakak mendengar kata tobat.
Okelaah, saya setuju aja...

Saya hanya mau nambahi sedikit, bahwa bagi saya, yang penting bukanlah dikasih umur panjang itu, tapi diberikan kekuatan, petunjuk, dan keistiqomahan untuk terus barbuat kebaikan, memberikan manfaat bagi kehidupan dan masyarakat banyak. Secara, umur kan sudah ditetapkan oleh Tuhan bahkan sebelum kita lahir? Jadi enggak usah lah kita doa minta diberi umur panjang...

Lagipula saya ingat kata-kata berikut:
"Orang yang paling beruntung adalah orang yang dikaruniai UMUR PANJANG lalu dia menjalaninya/mengisinya dengan banyak kebaikan... Sebaliknya, orang yang paling nelangsa, cilaka, bakal kapiran adalah orang yang diberi UMUR PANJANG dan dia menghabiskan hidupnya dengan banyak keburukan!"
Hari ini, kebaikan apa yang sudah kita perbuat? Ayo action! Berbuat kebaikan!

Nampaknya kawan saya setuju.
Siip lah.
close