Unsur-Unsur Bermain Peran
Bermain peran merupakan seni
yang bersifat audio-visual. Jadi mati-hidupnya, lancar-tidaknya,
gagal-berhasilnya bermain peran tergantung dari penyajian visualisai (peragaan) naskah drama di atas pentas. Dengan demikian,
bermain peran dalam bentuknya sebagai tontonan selalu ditunjang oleh beberapa
unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain :
Cerita atau Lakon
Lakon atau cerita merupakan unsur yang
esensial dalam bermain peran. Berangkat dari lakon atau cerita inilah para
pelaku menampilkan diri di depan
penonton, baik dengan gerak-geriknya (akting) maupun wawankatanya (dialog).
Selanjutnya dari perpaduan antara lakon, gerak dan wawankata itulah kita
sebagai penikmatnya dapat menyaksikan sebuah pementasan (Suharianto 2005: 59).
Sejalan dengan Suharianto, Prasmadji (1984:17)
berpendapat bahwa cerita atau lakon adalah suatu cerita yang disajikan dalam
bentuk dialog dan gerak (perbuatan, action)
para pelaku dari sebuah penggung kepada penonton.
Secara struktural, lakon atau cerita dalam bermain peran terdiri atas
lima bagian, yaitu (1) Pemaparan atau eksposisi (penjelasan situasi awal suatu
cerita), (2) penggawatan atau kompilasi (bagian yang menunjukkan konflik yang
sebenarnya), (3) puncak atau klimaks (puncak ketegangan cerita, titik
perselisihan tertinggi protagonis dan antagonis), (4) peleraian atau anti
klimaks (bagian pengarang mengetengahkan pemecahan konflik), dan (5)
penyelessaian atau kongkulasi (bagian cerita yang berfungsi mengembalikan lakon
pada kondisi awal).
Pemain
Menurut Suharianto (2005:61) Pemain atau pemeran adalah orang-orang yang
menerjemahkan dan sekaligus menghidupkan setiap deretan kata-kata dari sebuah
naskah drama. Pemain berfungsi sebagai alat pernyataan watak dan penunjang
tumbuhnya alur cerita.
Menurut Wiyanto (2002:33) pemain adalah orang yang
memperagakan cerita. Berapa pemain yang dibutuhkan, tergantung berapa banyak
tokoh yang ada dalam naskah drama yang akan dipentaskan.
Untuk dapat menerjemahkan dan memperagakan tokoh yang
akan diperankan, pemeran harus menghafalkan percakapan yang tertulis dalam
naskah dan menafsirkan watak tokoh yang akan diperankan seraya mencoba memeragakan gerak-geriknya. Pemain
harus berlatih berulang-ulang supaya peragaan yang dibawakannya benar-bennar
sesuai dengan yang dikehendaki lakon atau cerita.
Tempat
Unsur tempat dalam sebuah drama adalah
suatu tempat yang dapat digunakan sebagai pertunjukkan. Dalam hal ini, tempat
yang dimaksud adalah gedung, lapangan atau arena. Menurut
Prasmajdi (1984:11) panggung adalah tempat para pelaku melakukan perbuatan atau
akting.
Tempat tidak hanya dibutuhkan oleh
para pemain, namun juga oleh para penonton. Oleh karena itu, tempat yang
memenuhi syarat akan sangat mendukung terjadinya sebuah pagelaran yang baik
(Suharianto 2005: 62).
Penonton
Dalam KBBI (2007:825) penonton adalah orang yeng
menonton atau pemirsa. Penonton atau
publik yang dimaksudkan di sini adalah penonton yang aktif, yang dengan
kesungguhan hati berusaha menyambut ajakan berdialog pengarang drama yang
disalurkan lewat para pelaku. Dengan menempatkan penonton pada kedudukan
seperti itu, maka sebuah drama atau pementasan baru dapat diharapkan berhasil apabila
terdapat tiga hal, yaitu lakon atau cerita yang baik, para pelaku yang pandai,
dan para penonton yang mengerti. Tidak dipenuhinya salah satu dari ketiga hal
di atas, tidak pernah akan kita dapatkan pementasan atau drama yang dapat
dikatakan berhasil atau baik (Suharianto 2005: 62-63).
Baca juga: Teknik Bermain Peran Menurut Rendra
Baca juga: Teknik Bermain Peran Menurut Rendra