Foto Jurnalistik

Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir secara bersamaan (Hick 1950) dalam James (2003:2). Komunikasi verbal tersebut berisi tentang pesan-pesan dalam foto yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

Henri Cartier-Bresson dalam James (2003:2), menjabarkan foto jurnalistik adalah foto yang berkisah tentang sebuah gambar, dilaporkan dengan sebuah kamera, direkam dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersebut mengungkap sebuah cerita.
Menurut fotografer senior Antara Oscar Motuloh dalam sebuah pelatihan fotografi berpendapat foto jurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnya secara cepat.
            Sementara menurut tokoh foto jurnalistik asal Surabaya almarhum Zainuddin Nasution berpendapat, foto jurnalistik adalah jenis foto yang mempunyai tujuan dalam pemotretannya yaitu ingin bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan pesan (message) kepada orang lain dengan maksud agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis. Banyak pula yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan foto jurnalistik itu, hanyalah foto-foto yang dihasilkan para wartawan foto saja. Padahal foto jurnalistik, sebenarnya mencakup suatu hal yang sangat luas. Foto-foto advetorial, kalender, postcard, brosur, dsb, bisa juga dikatakan sebagai jenis foto jurnalistik. Dalam buku serial Photo Journalistic yang diterbitkan oleh Time Life mengungkapkan bahwa, foto-foto yang dihasilkan oleh para wartawan foto seperti yang kita lihat di media massa adalah pers foto (foto berita) yang penekanannya pada perekaman fakta otentik. Misalnya foto yang menggambarkan kebakaran, kecelakaan, pengusuran dsb. Foto-foto itu, ingin menceritakan sesuatu yang pada gilirannya akan membuat orang tersebut bertindak (feedback). Foto jurnalistik ini disiplinnya lebih banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh imajinasi tersebut bagi pemerhatinya.                   .
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, foto jurnalisik adalah suatu media sajian informasi berupa bukti visual (gambar) atas berbagai peristiwa yang disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya dengan tempo dan waktu yang cepat. Jadi intinya bahwa semua gambar yang disajikan dalam bentuk foto dan berita yang dimuat dalam media baik cetak maupun online itu dinamakan foto jurnalistik.
            Di samping itu, menurut Sunarto dalam (Akhmad 2007:7) ciri foto jurnalistik yang baik adalah (1) foto yang diambil dengan benar; (2) foto yang menarik; (3) foto yang memiliki cerita, makna, dan maksud.
            Menurut Kartono Riyadi, redaktur foto harian Kompas, sebuah foto jurnalistik yang baik adalah (1) yang baru, berbeda dengan yang lain; (2) yang menggugah; (3) yang bercerita.
            Pendapat lain dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai (2009:74), gambar-gambar fotografi harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu antara lain: (1) komposisi yang baik, mengandung arti gambar itu mempunyai pusat perhatian yang jelas sehingga memberikan keseimbangan kepada gambar secara keseluruhan, kedudukan dan arah garis-garis, pemakaian cahaya, bayangan serta pewarnaan; (2) pewarnaan yang efektif, mengandung arti pemakaian warna-warna secara harmonis merupakan ciri kedua dari kualitas suatu gambar; (3) teknik, teknik pemotretan yang unggul akan bernilai lebih dibanding dengan komposisi dan pewarnaan.

            Foto yang sukses pada sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari keberuntungan. Akan tetapi seorang jurnalistik profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek, mampu menentukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu peristiwa yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali. Hal inilah yang menjadikan foto tersebut lebih berharga dan bermakna (Akhmad 2007:8).

Baca Juga: 
1) Media Pembelajaran: Hakikat, Manfaat, dan Peranan
2) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
3) Pendekatan Komunikatif
close