Resensi Buku Sherlock Holmes: Misteri Pita Penuh Noda
Resensi Buku Sherlock Holmes: Misteri Pita Penuh Noda
Judul Buku : Sherlock Holmes—Misteri Pita Penuh Noda
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah : Fabiola Reza W.
Penyunting : Ari Pranowo
Penerbit : Narasi, Yogyakarta, 2010
Tebal Buku : 104 Halaman
Konon serial Sherlock Holmes
karya Sir Arthur Conan Doyle merupakan serial detektif paling terkenal. Selain
ada di dalam komik, cerita tentang Detektif Holmes juga telah hadir di
film-film. Akan tetapi, bagi saya, baru pada buku inilah saya berkesempatan
membaca cerita Sherlock Holmes. Ya, “Sherlock Holmes: Misteri Pita Penuh Noda”
adalah pengalaman pertama saya membaca karya Sir Arthur Conan Doyle. Buku kecil
ini—sementara—juga merupakan koleksi satu-satunya karya Sir Arthur Conan Doyle.
He-he-he.
Sebenarnya lumayan lama saya
telah mendengar nama Sherlock Holmes. Dulu waktu SMP, saya pernah menonton satu
film Sherlock Holmes di TV5 Prancis di channel parabola. Namun, tentu saja saya
tak paham ceritanya karena yang saya tonton itu film berbahasa Prancis, bahasa
yang dulu tidak saya pahami, dan sekarang pun juga nggak paham. Hi-hi-hi.
Baru beberapa waktu kemudian saya
tahu kalau cerita Sherlock Holmes adalah cerita tentang detektif. Pada waktu itu
saya baru getol-getolnya menyewa komik Detektif Conan karya Aoyama Gosho di
persewaan buku tak jauh dari rumah saya.
Jika pada saat membaca komik Conan
terasa begitu mengasyikkan bagi saya, tidak demikian ketika saya membaca
Sherlock Holmes ini. (Mungkin saya kurang konsentrasi membacanya, mungkin. Saya
membacanya sampai habis hari ini saja, Sabtu 20 Juni 2015, untuk mengisi waktu
luang sembari menahan lapar karena puasa ramadhan). Menurut saya, buku ini
sangat cocok dibaca ketika bulan puasa begini, karena untuk memahami ceritanya kita
harus betul-betul sabar, pelan-pelan, menghayati setiap deskripsi yang
disampaikan melalui perkataan tokoh-tokohnya, dan tentu saja cermat
menghubungkan setiap temuan-temuan fakta untuk menyingkap misteri kasus. Huft,
betul-betul buku yang menuntut kesabaran pembacanya!
Dalam buku ini, terdapat dua
cerita, 1) Teka-Teki Copper Beeches, dan 2) Misteri Pita Penuh Noda (yang
menjadi judul buku ini). Semuanya disampaikan dari sudut pandang Watson,
seorang yang selalu menemani Holmes.
Berikut ini sedikit ceritanya.
Saya tidak akan menuliskan ringkasan ceritanya, biar Anda sekalian membaca dan
menikmati setiap adegannya sendiri. Hi-Hi-Hi.
Cerita pertama, dimulai
ketika seorang wanita bernama Violet Hunter menemui Holmes untuk meminta
pendapat tentang pekerjaan yang baru saja ia dapatkan. Dengan pekerjaan baru
itu, Nona Hunter akan dibayar “sangat mahal” dibandingkan dengan
pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Padahal dia hanya ditugaskan untuk menjaga
seorang anak. Namun, selain itu, ada suatu “perintah aneh” yang harus dia
taati, diantaranya Nona Hunter harus menurut bila diminta untuk memakai suatu
gaun tertentu, dan memotong rambutnya yang indah.
Dari awal cerita Nona Hunter,
Holmes menduga ada sesuatu yang tidak beres. Maka dia meminta kepada Nona
Hunter untuk berkirim telegraf bila terjadi sesuatu. Dan benar saja! Selang
beberapa hari, datanglah kabar dari Nona Hunter untuk meminta tolong kepada
Holmes agar memecahkan misteri di Copper Beeches itu!
Cerita kedua, dimulai
ketika Nona Helen Stoner datang pada Sherlock Holmes dan rekannya, Watson, pagi-pagi
betul. Wania lajang ini memiliki masalah yang tak bisa dipecahkannya. Saudari
kembarnya, Julia, meninggal secara janggal.
… saat aku (Helen) bersimpuh di dekatnya (Julia) tiba-tiba ia menjerit
dengan suara parau yang tak pernah bisa kulupakan. “Oh, Tuhanku! Helen! Pita
itu! Pita itu penuh noda!”
Itulah saat terakhir Nona Stoner
melihat Julia dalam keadaan hidup. Karena setelahnya, Julia meregang nyawa.
Masalah pelik ini menyegarkan otak Holmes, yang segera bekerja mengumpulkan
serpihan-serpihan fakta. Ini jelas bukan pekerjaan mudah bagi Holmes.
Bagaimana cara Holmes menyingkap
kasus ini? Apa pula yang sebenarnya terjadi? Yah, saya menebak, Anda sekalian tidak
akan jauh-jauh berkomentar seperti saya yang membatin, “Jebule ngono tok ik!” atau kalau diterjemahkan: “Ternyata begitu
saja!”
Selamat membaca!
Semoga Anda
mendapatkan pengalaman yang lebih bagus saat Anda membacanya sendiri, ketimbang
membaca pengalaman membaca Holmes dari saya yang nampaknya kurang memuaskan ini.