Cerpen-Cerpen "Kematian"

Diskusi Babat Alas dan Selebrasi Cerpen-Cerpen Kematian
26 Februari 2012 @Maya Nirwana--Bass Serasi

Suatu ketika kami punya gagasan, kurang lebih begini: "Pertemuan selanjutnya, tanggal 26 Februari, masing-masing bikin satu cerpen bertema 'Kematian'!" Ternyata, gayung bersambut. Kawan-kawan Komunitas Babat Alas sangat bersemangat mewujudkan gagasan tersebut. "Oke, semua harus bikin cerpen bertema kematian."

Mengenai tema "Kematian" itu sendiri, didapatkan melalui sebuah KATA terakhir dari halaman sebuah buku. KATA tersebut diambil melalui kesepakatan yang diambil dengan metode: Kami masing-masing mengajukan sembarang bilangan, lalu bilangan tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disepakati sebagai halaman sebuah buku. Dan, ternyata kata yang didapatkan adalah "MATI".

Demikianlah, hingga pada akhirnya kami berkumpul pada Minggu pagi yang cerah. Hadir dalam pertemuan tersebut: Zada Zahira Kartini dan M. Nur Aini (Banyubiru), Asri Candrita (Kudus), Ahmad Syarifuddin El-Syekripsi (Demak). Masing-masing diberikan kesempatan untuk membacakan cerpennya.

ASRI Candrita, membacakan cerpen "Satu Pagi Biru".
Asri Candra Puspita


"Satu Pagi Biru" mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Pagi. Ia kehilangan kekasihnya yang bernama Biru.
Suatu ketika, Pagi melihat seorang lelaki belia yang mirip dengan Biru. Tetapi, ia tetap saja BUKAN BIRU.
Karena penasaran, Pagi selalu mengikuti kemana lelaki belia itu pergi. Perlahan, tanpa disadari oleh Pagi, sosok Biru mulai tergantikan oleh lelaki BUKAN BIRU tersebut.
Hingga pada suatu ketika terbongkarlah sebuah rahasia yang tersurat pada selembar surat Ibu. Ternyata, lelaki BUKAN Biru tersebut adalah adik Pagi. Mereka berselisih 9 tahun.
Lelaki belia adik Pagi tersebut bernama SENJA.

Setelah Asri Candrita, Zada Zahira Kartini membacakan sebuah cerpen yang cukup menyentuh berjudul "Selamat Jalan Cinta."
Cerita tersebut mengisahkan tentang percintaan Eza dan Zahra. Cerita tersebut diawali dari tulisan-tulisan di diary, yang tertulis baik di laptop dan catatan di bukunya.
Yang menjadi menarik dari kisah Zada adalah komentar dari kawan-kawan bahwa cerita Zada itu "FTV Banget." Dari situ akhirnya kawan-kawan tahu, bahwa Zada memang pernah berpengalaman di bidang pertelevisian. Ia pernah menjadi figuran utama dalam sebuah cerita FTv. Ia juga pernah membintangi iklan sebuah Bank Syariah di televisi.
Walhasil, kawan-kawan pun merencanakan suatu saat akan membincang tentang film termasuk tentang penulisan skenario.

Kemudian Menur (M. Nur Aini) membacakan cerpennya berjudul "Burung Misterius".
Rupanya ini adalah sebuah kisah childhood. Kisah wafatnya nenek menjadi desain cerita.
Cerpen Menur menjadi sangat dekat karena ia bercerita tentang pengalamannya, dan ia menuliskannya secara detail tentang kenangannya. Ia sangat rapi merawat kenangan tentang kebiasaan neneknya memberinya kelereng setiap kali ia main ke rumah.
Akan tetapi, seperti yang disampaikan di awal, bahwa cerita ini adalah cerita kematian. Dan Menur dengan lihai mengemasnya dengan menghadirkan Burung Tuwu sebagai pertanda kematian.

Yang terakhir adalah Ahmad Syarifuddin El-Syekripsi. Seperti halnya Menur, El-Syekripsi juga mengisahkan tentang pengalaman pada masa kecilnya. Bahwa ia memiliki seorang adik yang ketika ia ditanya, "Adik, mau punya adik lagi?" ia akan SELALU menjawab, "Aku mau punya adik lagi, tetapi adik dari tanah," katanya.
Ternyata sang adik tak lama kemudian telah dipanggil ke sisi Tuhan Yang Maha Kasih karena wabah Demam Berdarah (DB) yang menyerang desanya.
Dalam cerita tersebut, El-Syekripsi juga mengkritik kultur masyarakat pada saat itu yang masih mengesampingkan pengobatan medis.

Diskusi Komunitas Babat Alas Ambarawa

Sedangkan M. Rifan Fajrin, membacakan cerpennya berjudul "Jenazah--Malaikat".
Lalu, di manakah Habib A Abdullah? Ohoho, ia datang terlambat. Dan itu diperparah dengan: ia tak membaca sepotong pun cerpennya. hehehe. Piss Broo.. :)

Akhirnya, mari berkarya menuliskan jejak sejarah kita masing-masing. Tetap semangat. Salam hangat, dan doa kuat-kuat.[]


close