Tradisi Kupatan H+7 Syawal 1438 H (2017)

Inilah suasana tradisi kupatan hari ke 8 (H+7) Syawal tahun 1438 H (2017).

Tradisi kupatan/syawalan dilaksanakan pada satu minggu setelah hari Raya Iedul Fitri. Pada beberapa daerah misalnya di Kudus, Pati, Kendal, Blora, Rembang, dan beberapa daerah lain terutama di Pantura (sekitar pantai utara Jawa), hari kupatan ini justru lebih ramai dibandingkan dengan hari pertama syawal.

Kemarin saya berkesempatan untuk melihat sekilas bagaimana tradisi kupatan atau syawalan itu di daerah istri saya, yaitu di Kudus Jawa Tengah. Berikut ini videonya.


Biasanya, kupatan diawali dengan membawa ketupat ke masjid atau mushala. Selain itu, kadang-kadang juga membawa lepet, atau makanan seperti ketan yang dicampur dengan parutan kelapa. Selanjutnya, bila sudah terkumpul, maka akan dilakukan doa bersama dan bisa dilanjut dengan makan bersama. Perayaan kupatan/syawalan juga bisa bermacam-macam. Setelah melakukan doa bersama, ada juga yang menggelar kirab/pawai, dan kegiatan-kegiatan lain.

Konon tradisi ini di bermula dari Wali Songo yang melakukan akulturasi kebudayaan dalam menyebarkan agama (dakwah) sehingga ajaran tersebut lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Kata "KUPAT" itu sendiri memilik makna "ngaku lepat" atau mengakui kesalahan. Saya kira saling mengakui kesalahan dan saling bermaaf-maafan memang identik dengan hari raya idul fitri. Meskipun kita dianjurkan untuk bersegera meminta maaf ketika merasa telah melakukan kesalahan, tidak hanya pada saat idul fitri saja. Namun, ketika bulan syawal, dimana sebelumnya kita telah berpuasa selama sebulan lamanya di bulan puasa ramadhan, kita kembali fitri atau suci, lebih afdol bila dibarengi dengan saling meminta maaf, terutama kepada kedua orang tua kita, kepada kerabat, dan juga kepada tetangga yang merupakan "tetangga terdekat". Oleh sebab itulah, idul fitri yang jatuh di bulan syawal juga identik dengan ketupat atau kupat tersebut.

Bentuk kupat yaitu segi empat, atau memiliki empat sisi juga memiliki filosofi tersendiri. Di dalam rukun islam, terdapat rukun ke empat yaitu puasa ramadhan. Maka setelah satu bulan puasa, kita memasak ketupat. Bahan membuat ketupat dinamakan janur (daun kelapa muda), yang berasal dari bahasa arab "ja annur" yang artinya datangnya cahaya. Maknanya adalah kita kembali ke fitri, dosa-dosa kita lebur di hari raya, tanpa dosa seperti terlahir kembali, dengan kasih sayang Allah SWT.

Ada satu lagi amalan yang utama di bulan syawal, yaitu puasa enam hari di bulan syawal. Fadhilah atau keutamaannya adalah seperti berpuasa selama setahun penuh. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya sebagai berikut ini:

“Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka yang demikian itu seperti puasa setahun”. (HR. Imam Muslim)

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan rahmat, taufik, dan kekuatan kepada kita untuk dapat melaksanakannya.

Aamiin.
close