Melatih Anak Agar Tidak Ngompol



Desember ini Ilyas, anak saya, genap berusia tiga tahun. Pada usianya tersebut, kecuali sedang berada di rumah, kami sebagai orang tuanya masih belum berani lepas "pampers" atau diapersnya. Terutama apabila bepergian, silaturahmi ke rumah kerabat. Kami masih kuatir dia tiba-tiba ngompol, tanpa mau bilang dulu kepada kami. Itu masih belum begitu menjadi masalah. 

Tetapi bagaimana bila itu terjadi ketika Ilyas sedang saya ajak untuk sholat di masjid? Bisa berabe kaan? Terbayang bagaimana repotnya tatkala saya harus bertanggung jawab untuk mencuci karpet masjid agar kembali suci, bersih, dan harum itu. 

Kalau saya lihat anak-anak kecil seusianya, tidak perlu jauh-jauh, misalnya keponakan saya sendiri, dia sudah tidak ngompol. Atau paling tidak, dia mau bilang saat keingingan untuk pipis itu datang. Lha kalau keponakan saya itu bisa, kenapa saya dan istri masih belum berhasil?

Ilyas di Stasiun Kereta Api Ambarawa

O ya, melatih anak untuk tidak ngompol yang saya maksud di sini, adalah ngompol yang disebabkan karena anak nggak mau bilang kalau dia mau pipis. Jadi bukan masalah ngompol yang disebabkan karena sakit tertentu.

Nah, menyadari hal itu, kami kemudian melakukan beberapa tindakan untuk melatih anak agar tidak ngompol. 

Pertama-tama kami berbicara kepadanya, memberi penjelasan, pengertian, bahwa segala sesuatu ada tempatnya. Kalau tidur ya di kamar. Kalau pipis ya di kamar mandi/toilet. Ini kami lakukan karena anak usia tiga tahun kan sudah bisa diajak untuk berkomunikasi meskipun kadang anak tidak bisa fokus pada percakapan. He he  he, ketidakfokusan itu yang sering kami temui. Kami serius kasih ngajak bicara, si anak malah ngomong sesuatu yang lain, misalnya ngomong tentang angka-angka. :D


Kedua, terutama istri saya yang seharian full bersamanya, kemudian mengamati waktu-waktu kapan Ilyas biasanya pipis. Intensitas atau frekunsi keseringan pipisnya juga tidak luput dari pengamatan. Oo, biasanya si anak pipis setiap satu sampai dua jam sekali, misalnya. Jadi kalau jam 9 pipis, kira-kira nanti jam 11 akan pipis lagi. Begitu.

Ketiga, mengenalkan anak dan membiasakannya pipis di toilet atau kamar mandi. Istri saya juga bersikukuh tidak mau menepi, misalnya ketika kami sedang dalam perjalanan bersepeda motor, dan membiarkan anak untuk pipis di pinggir jalan. Jangan beri kesempatan untuk kebiasaan buruk, katanya.

Keempat, istri saya punya sedikit tips sederhana. Dia punya semacam reward dan punishment. Sebagai reward, selain pujian, istri saya akan menceboki anak saya dengan air hangat apabila dia berhasil pipis di toilet. Sebaliknya, sebagai punishmentnya, anak saya akan diceboki dengan air dingin apabila ngompol. Saya sendiri tidak tahu, apakah cara ini bisa direkomendasikan atau tidak.

Setidaknya ada empat cara itu yang kami lakukan untuk melatih anak agar tidak ngompol. Gampang-gampang susah, sih. Saat ini, ketika tulisan ini saya bikin, alhamdulillah sih kalau di rumah Ilyas sudah jarang sekali ngompol. Dia sudah mau bilang ke saya atau ke ibunya.

Tetapi, seperti yang saya katakan tadi, saya kok masih belum yakin, belum mantab benar untuk seratus persen menghentikan pemakaian diapers pada anak saya itu. Ya, terutama kalau dia tidur malam, atau sedang saya ajak dia serta untuk sholat berjamaah di masjid! *
close