Siap Mengajar Kurikulum 2013

Tahun ini, jadi juga saya kebagian mengajar dengan Kurikulum 2013. Ya, tahun ini di sekolah kami, SD Labschool Unnes, Kurikulum 2013 sudah diterapkan ke semua kelas mulai dari kelas satu hingga kelas enam.

Mau tidak mau, suka tidak suka, setuju atau tidak setuju, kurikulum 2013 harus dijalankan. Saya sendiri sih jujur aja masih bingung dan ragu, apa iya saya bisa mengajar dengan kurikulum 2013.

Sebenarnya Kurikulum 2013 sudah tidak asing lagi. Sejak awal kami sudah diperkenalkan dan dikasih pelatihan-pelatihan. Tapi untuk benar-benar praktik, bagi saya baru tahun ini.

Empat tahun lalu, saya sudah “mencicipi” kurikulum 2013 waktu ngajar di kelas lima. Akan tetapi cuma berjalan satu semester. Semester genap/semester ke dua, entah kenapa sekolah memutuskan kelas saya kembali menggunakan KTSP. Kalau tidak salah sih karena Kurikulum 2013 masih dilakukan perbaikan di sana-sini.

Kemudian, dua tahun lalu, saya juga ikut pelatihan lagi di SD Candi. Waktu itu, oleh sekolah saya dipersiapkan untuk mengajar di kelas IV (empat) dengan K13. Tapi setelah pelatihan rampung dan saya mulai menata mental memantabkan diri, ternyata saya nggak jadi mengajar di kelas empat. Hal ini disebabkan kelas empat yang awalnya dua rombel dilebur jadi satu rombel. Dan kelas empat diampu oleh rekan saya, Dika Prestama. Saya sendiri waktu itu malahan mengajar Mapel Bahasa Indonesia.

Adapun tahun ajaran 2017/2018 alias tahun lalu, saya mengajar di kelas 3 masih KTSP.

Mempersiapakan diri untuk K13

Sekarang ketika semua kelas menerapkan K13, inilah saatnya saya harus “sama” dengan rekan-rekan. Kemarin saya masih bisa ngakak menertawakan kawan-kawan yang mumet menjelang rapotan. Kemarin, menjelang akhir tahun pembelajaran, ketika raport saya sudah beres, kawan-kawan masih harus mumet lantaran harus mempelajari aplikasi raport K13.

Kini, giliran kawan-kawan yang sudah berpengalaman “mumet” di K13 yang mengejek saya. Hehehe.

Untung saja, ada kawan yang menghibur saya. Bahwa K13 sekarang sudah direvisi dan “lebih mudah”, lebih sederhana. Namanya Kurikulum 2013 revisi 2018. Katanya sih, penilaiannya tidak bikin puyeng seperti awal-awal diluncurkan dulu.

Tiga hari awal masuk sekolah juga saya diajari lagi dalam Bintek Kurikulum 2013 yang diadakan di sekolah kami. Dari situ saya sudah agak tenang. Saya manggut-manggut saja ketika pemateri membagi ilmunya. Bagaimana membuat Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), memetakan Kompetensi Dasar (KD), nampaknya juga nggak sulit-sulit amat. Semuanya sepertinya mudah, tinggal kita mau rajin dan telaten apa nggak. Gitu aja.

Dalam pelatihan itu, menurut saya yang sulit adalah bikin Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Terutama dalam merumuskan indikator pembelajaran. Indikator itu diambil (diturunkan) dari KD yang muncul dalam pembelajaran hari itu, kalu saya tidak salah tangkap.

Namun, bagaimana kita merancang pembelajaran dan juga penilaian yang bisa mengukur ketercapaian indikator itulah yang saya masih agak ragu. Buktinya ketika pelatihan hari ke 3 (hari terakhir), RPP kelompok kami masih amburadul saja di hadapan narasumber.

Grogilah saya. Lha wong pelatihan sudah hampir selesai, kok baru pada hari terakhir kita-kita ini kelihatan kalau masih tidak paham. Lalu bagaimana nanti ketika mengajar atau merencanakan pembelajaran di kelas?

Ya bismillah saja. Kami bisa tanya kepada teman-teman di sekolah tentang ini itu seputar k13. Lagipula, sekarang ini setiap selesai pelatihan, selalu disusul dengan “kelahiran” WA Grup peserta pelatihan. Tujuannya, untuk saling tukar ilmu, pengalaman, dan syukur-syukur tukar perangkat pembelajaran.

Saya sudah siaaaaap!

Sekian curhat dari saya, guru anyaran K13. 
www.rifanfajrin.com
close