[Gerakan Literasi Sekolah] - Jurnal Baca di Kelas Kami


Bagaimana kabar gerakan literasi sekolah (GLS) di kelas kami? 

Setiap Rabu pagi kami selalu meluangkan waktu untuk membaca buku. Aktivitas baca buku itu kami lakukan selama satu jam pelajaran, atau lebih kurang tiga puluh menit. 

Pada saat tertentu, tiga puluh menit membaca itu kami lakukan di perpustakaan sekolah kami. Acapkali pula kami mencari tempat-tempat yang asyik untuk membaca, seperti di taman, panggung bermain, dan lain-lain. Kami membaca buku-buku yang telah disediakan di perpustakaan sekolah.

Namun sekarang kami lebih sering melakukannya di ruang kelas kami sendiri. Buku yang kami baca pun, juga buku yang kami bawa sendiri dari rumah. Kami menyimpannya di SUDUT BACA (perpustakaan mini) di dalam ruang kelas kami.

Bagaimana setelah kami selesai membaca buku? Terkadang bila ada waktu luang yang tersisa, salah satu atau beberapa orang di antara kami diminta oleh Pak Guru untuk menceritakan apa yang telah kami baca. 

Pernah juga kami diminta untuk menuliskan perasaan atau apa saja yang terpikirkan di benak kami setelah membaca buku tersebut. Kami menuliskan perasaan atau pikiran itu cukup dalam beberapa kalimat atau paragraf saja. Selain itu, sekarang kami harus mencatat buku yang telah kami baca pada Jurnal Baca. 


Apa itu JURNAL BACA? Jurnal baca adalah catatan aktivas kami dalam membaca buku. Di jurnal itulah kami mencatat buku apa saja yang telah kami baca. Tidak hanya buku yang kami baca pada hari Rabu--hari kegiatan literasi sekolah kami--saja, tetapi buku-buku yang kami baca pada hari lain pun tak ketinggalan untuk kami catat.

Misalnya saja, jika pada hari Kamis malam kami selesai membaca buku kumpulan cerpen karya kakak-kakak kelas kami, maka Jumat pagi kami akan menuliskannya di JURNAL Baca. 

Jurnal baca kami bentuknya sederhana. Jurnal itu hanya selembar kertas yang berisi empat kolom. Kolom pertama adalah nomor; kolom kedua adalah hari/tanggal saat kami membaca buku; kolom ketiga adalah judul buku dan penulisnya; dan kolom keempat atau terakhir adalah berapa halaman yang telah kami baca.





Meski bentuknya biasa saja, tetapi kami kami menyimpan lembar catatan kami itu di kotak/loker  milik kami sendiri. Masing-masing anak mempunyai satu kotak. Kotak itu kami bikin sendiri dari kertas warna-warni. Tak lupa kami memasang foto diri kami yang paling cuantik dan guanteng agar kami tidak salah  menaruh catatan atau saling tertukar. Selain itu, tentu saja agar kotak-kotak itu menjadi tampak lebih menarik. 

Wah, kami menjadi lebih bersemangat membaca buku dan mencatatnya di sana. 

Oya, kotak-kotak itu, selain untuk menaruh catatan aktivitas membaca kami, juga kami pakai untuk kotak surat. Kami suka menulis surat kepada teman sekelasi kami. Lalu mengirimkannya dengan cara menaruhnya langsung di kotak penerima surat yang dituju. 

Namun, rupanya kotak itu terlalu kecil dan sempit untuk menampung surat-surat kami. Apalagi jika yang masuk ke kotak kami lebih dari tiga surat. Waah, kotak dari dari kertas itu bisa jebol jadinya. Akhirnya, wali kelas kami, Pak Rifan, menghendaki agar kotak Jurnal Baca itu hanya untuk menyimpan catatan buku yang dibaca saja. 

Adapun untuk aktivitas surat-menyurat--yang kata Pak Rifan, namanya adalah korespondensi itu--tidak lantas berhenti. Demi aktivitas menyenangkan itu, kami kemudian berinisiatif untuk membuat POS SURAT. Tentang POS SURAT ini, kami akan menceritakannya pada kesempatan lain.

Demikianlah cerita tentang Jurnal Baca di Kelas Kami sebagai wujud dan penerapan dari Gerakan Literasi Sekolah. Kami sangat senang dan bahagia.

Semoga pada masa depan kami akan menjadi orang-orang yang hebat dan cerdas KARENA KAMI GEMAR MEMBACA!




Salam dari kami
Siswa-Siswi Kelas 3B SD Labschool Unnes Semarang

close