Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #5

rifanfajrin.com - Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #5

rifanfajrin.com



KLENIK
Para Pemain:
Mbah Dukun : usia kira-kira 62tahun, jenggot rambut dan kumis, rambut hampir           memutih, pakaian serba hitam
Perawan Tua : usia kira-kira 38 tahun, tinggi sedang sebahu, pakaian    tahun 70an
Perempuan Tua  : usia kira-kira 65 tahun, rambut putih, pakai kebaya
Suami              : usia kira-kira 40 tahun, kurus, pakaian tampak dekil
Istri                 : usia kira-kira 35 tahun, kurus, pakaian tampak tak      terurus
Si Kurus          : usia kira-kira 23 tahun, kurus, pakaian compang-camping
Si Gendut        : usia kira-kira 23 tahun,  gemuk, pakaian tampak   terurus
Penuntut 1       : usia kira-kira 45 tahun, tinggi sedang dan berbadan kekar
Penuntut 2       : usia kira-kira 40 tahun, tinggi dan kurus      
Penuntut 3       : usia kira-kira 40 tahun. Berbadan gempal tetapi pendek
Si Bijaksana    : usia kira-kira 50 tahun, berbadan gempal dengan tinggi sedang


SINOPSIS
Seorang dukun palsu bekerja sama dengan temannya untuk mengernalkan kalau dirinya adalah dukunyang sakti yang dapat mengabulakan sumua permintaan, dengan uang sumbangan yang besar maka keinginan mereka terkabul. Telah banyak orang yang berhasil ditipu dan mereka yang ditipu memberotak dan berusaha menangkap dukun palsu itu bersama temannya

BABAK I

Di bagian tengah pada sebuah rumah yang sederhana , terdapat satu buah sofa dan meja yang menghadap TV. Di sofa itu duduk seorang perempuan setengah baya, dia menangis tersedu sedan, hingga tampak bahunya turun naik menahan gejolak emosi. Dari arah luar panggung masuk seorang perempuan tua dengan membawa sekotak peralatan menginang dan secarik kertas.
“Perempuan tua memandang sekeliling dan pandangan tertuju paa sosok yang sedang menagis di sofa. Perempuan tua berjalan mondar-mandir dan melangkah perlahan menghampiri perempuan yang sedang menangis dan duduk di samoingnya. Dengan tenag perempuan tua itu meramu peralatan menginangnya dan mulai mengunyahnya.”
Perempuan tua          : “ wis tho nduk ( mengusap tangan perawan tua ) ra sah nangis    terus……..mungkin dia dudu jodohmu.”
Perawan Tua             : “ terus siapa jodohku ?(terisak) usiaku sudah tua tapi tanda-tanda mau menikah tak ada, eh ada laki-laki yang mau tapi kok ya mati…( berdiri dan berjalan menuju ke depan panggung ) apa iya dalam hidup aku nggak di kasih jodoh? (menerawang)
Perempuan Tua        : “ buakn kowe ora duwe jodoh tapi auramu katutup nang aura jahat nduk….(jelas) aku duwe alamat dukun sing iso ngruwat kowe,ngilangke3 kabeh aura jahat sing nlingkupi awakmu (membuka kertas dan mengulurkannya kepada perawan tua) .”
Perawan Tua             : “ (menerima uluran kertas dengan keragu-raguan ) emak percaya kalau dukun iki sakti? Apa sudah ada buktinya mak?’
Perempuan Tua        : “ (jelas) yo mesti percaya tho yo nduk…..kemarin tetangga kita sedang kesulitan, terus di bawa ke dukun itu teratasi lho nduk, pokoke dukun iki sakti tenan wis terkenal kesaktiane (yakin) .”
Perawan Tua             : “ (ragu) kalau emak percaya ya kita coba, siapa tau emang bener, dukun ini rumahnya jauh ga mak? Terus kapan kita kesananya?”
Perempuan Tua        : “ kita ke sananya sesuk esuk, mau aku wis tuku kembang pitung rupa, kemenyan, karo minyak zaitun, kastane tetangga kita kudu bawa barang-barang itu.”

BABAK II

Sebuah rumah yang reyot dan hampir rubuh, dihuni oleh empat anak, suami dan istri. Perabotan di ruamh itu hanya tikar yang hampir rusak dan tak berbentuk lagi. Di atas tikar itu keempat anaknya tidur menahan lapar. Suami duduk di depan panggung menghadap kepenonton, sebentar-sebentar menengok ke arah anak-anaknya. Suami duduk termangu, dari arah bilik keluar si istri yang membawa makanan singkong rebus dan membangunkan anak-anaknya untuk makan sekedar mengganjal perut yang lapar.
Dengan langkah yang perlan istri menghampiri suami dan duduk di sampingnya, sambil sesekali memandang ke arah anak-anaknya yang sedang makan dengan lahap.
Istri                        : “ (mengeluh) mas, anak-anak sudah kelaparanb dari kemari, sedang kita sudah tak punya persediaan apa-apa lagi untuk di makan, ketela itu adalah makanan terakhir yang kita punyai. Usaha ya mas, kasian anak-anak…..
Suami                : “ (merenung) mau usah bagaimana lagi bu…..terakhir usahaku gagal total bukannya untung tapi malah buntung. Mau cari pekerjaan nggak gampang bu, mereka cari orang yang masih muda dan kuat dan selain itu untuk bisa masuk kerja paling enggak kita harus punya koneksi orang dalam yang menanggung kita, aku nggak punya kenalan bu……..(menerawang).”
Istri                             : “ tapi mas, kalau masa ga usaha kita mau makan apa? Kasian anak-anak mereka butuh makan, mas kata tetangga uasaha tuh nggak hanya sembarang usaha tapi juga harus ada pendorongnya, aklu dikasih tau sama tetangga kita ada orang pintar yang bisa membantu kitas dalam memperlancar usaha (membujuk).”
Suami                          : “ orang pintar? Sarjana maksumu bu? Walah bu-bu mereka saja pontang-panting cari pekerjaan, sama kayak kita (geleng-gelang kepala).”
Istri                              : “ (jengkel) mas!!maksudku, dia tuh mbah dukunyang tinggal di bukit sakti. Dia tuh orangnya hebat mas, sudah banyak orang orang yang di tolongnya, terus apa salahnya kalau kita mencaba minta pertolongannya.”
Suami                          : ”  ibu yakin? Kenapa sih ibu percaya dengan hal-hal yang berbau klenuk seperti itu?”
Istri                              : “ apa slah mencoba mas, namanya juga usaha, mas (meyakinkan) sudah banyak orang yang membuktikannya.”
Suami                          : “ ( berdiri, berjalan menghampiri anak-anaknya yang kembali tertidur dan menilik piring yang sudah kosong ) terserah kamu sajalah, aku ikut, kapan kita ke sana?”
Istri                              : “ (senang) besok, aku tadi sudah pinjam uang ke tetangga dan aku sudah beli kembang tujuh rupa, minyak zaitun dan kemenyan(memandang ke arah suami) mas, kalau mas  mau berhasil, mas harus yakin dulu harus percaya.”
Suami                          :  “     (ragu-ragu) terserah kamu, aku ikut saja.”   



BABAK III

Di sebuah kamar yang berantakan, tempat tidur yang penuh dengan kertas-kertas, kompiter yang di biarkan menyala dan mengalunkan lagu sarjana muda yang di nyayikan Iwan fals. Di tengah ruangan duduk seorang pemuda yang tampak kusut, kurus dan tampak berantakan seperti tak pernah terurus, sedangkan penghuni yang satunya lagi terlihat kelebihan lemak ysang tampak menonjol dari kaos yang dikenakannya, sambil makan mie seoalah tak peduli nasib yang menimpa teman sekamarnya yang tampak hancur tak terurus.

Si Kurus                      : “ (setengah pada diri sendiri ) bagaimana caranya supaya aku bisa ointar ya?”
Si Gendut                    : “ (dengan santai meniumpali) ya belajr lah….”
Si Kurus                      : “ udah, siang malam aku terus belajar tapi hasilnya? Apa?  Ipku tetap saja nasakom.”
Si Gendut                    : “ (agak bingung) nasakom? Apaan tuh?
Si Kurus                       : “ nasib satu koma.”
Si Gendut                    : “ oooooo .”
Si Kurus                      : “ aku heran sama kamu, nggak pernah belajar tapi kok Ip-nya bagus-bagus (menyindir) kamu nggak pake curang kan?”
Si Gendut      : “ wis………(kepala terdongak) apa  yang kamu pikirkan fren? Akku emang jarang belajar tapi otakku gampang terima pelajaran.”
Si Kurus                      : “ ah perasaan dulu kamu ga pinter-pinter amat, tapi sekarang kok lumayan sih ? (heran) “
Si Gendut                    : “ nggak usah heran aku bisa kayak gini karena ada rahasianya.”
Si Kurus                      : “ apa rahasianya? (penasaran)”
Si Gendut                    : “ ooooo ada deh .”
Si Kurus                      : “ wah  mulai main rahasia-rahasiaan ya……ayo dong kasih tau aku .”
Si Gendut                    : “ rahasianya aku minta bantuan sama oarang pinter.”
Si Kurus                      : “ (tercengang) maksudmu dukun?”
Si Gendut                    : “ he-eh”
Si Kurus                      : “ kamu serius? Emang kamu percaya sama hal-hal yang berbau klenik gitu? “
Si Gendut                    : “ emang kamu enggak?”
Si Kurus                      : “ percaya sih tapi nggak terlalu  yakin.”
Si Gendut                    : “ nih aku ceritain ya, dulu kamu taukan aklu ga pinter, bahkan bisa di bilang goblok, aku datang ke tempat dukun percayaan nenekku dan minta bantuan sama dia, aku di kasih air putih satu botol dan minyak rambut juga satu botol. Setiap mau berangkat kuliah aku pake minyak rambut ini, fungsinya biar otak kita cerah kalau teriam pelajaran dan pensil atau pulpen ini di celupin ke air ini biar yang kita  tulis langsung masuyk ke otak selain itu kalau kita lagi ujian kemungkinan jawaban salah tuh minim banget (yakin). Kamu percaya nggak?
Si Kurus                      : “ masa sih?(ragu) terus alamat orang pitar itu dimana? Kamu bisa nggak anterin aku ke sana ?”
Si Gemuk                    : “ kamu mau? Kalau iya kita mesti bawa bekal dulu.”
Si Kurus                      : “ emang jauh ya? Kok mesti mbawa bekal segala sih?
Si Gendut                    : “ ya nggak jauh-jauh amat sih…maksugku itu kita bawa bekal kembang tujuh rupa, minyak zaitun dan kemenyan gitu lho.”
Si kurus                      : “ ooooooo kapan kita ke sananya?”
Si Gendut                    : “ besok!!”
Si Kurus                       : “ ok!!!”

BABAK  IV

Interior sebuah ruang tunggu dengan lampu yang remang-remang dan aroma kemenyan yang menyengat, berjejer kursi-kursi kayu yang berukir dengan ukiran khas Jepara. Orang-orang yang duduk tampak diam membisu seolah enggan untuk berkenalan satu sama lain dan mereka tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada yang berniat untuk memulai pecakapan, dari arah luar mereka melihat aksi mbah dukun yang sedang mengobati pasiennya. Seorang wanita muda yang sedang duduk bersila dan tampak mbah dukun sedang menjampi-jampi wanita itu. Semua orang berada di ruang tunggu tertegun dan diam seperti menunggu keajaiban.
Suasana yang hening itu dipecahkan oleh Si Gendut yang bejalan mendekati pintu yang menghubungkan ruang tunggu dan ruang pratik mbah dukun.
Si Gendut                    : “ mbah dukun ini memang sakti (yakin) setiap orang yang di tanganinya pasti berhasil”
Suami                          : “ bagaimana kamu tau?(menyelidik)
Si Gendut                    : “ tentu saja aku yakin karena aku telah membuktikannya”
Perawan Tua             : “ memangnya kamu minta bantuan apa?”
Si Gendut                    : “ aku minta pencerahan dalam berfikir, dan mbak sendirri kesini mau minta bantuan apa?
Perawan Tua             : “ ah tidak mau minta bantuan apa-apa (malu-malu)
Si Gendut                    : “ wah mbak kalau mau minta bantuan kesini, ada syaratnya, salah satu syaratnya adalah tidak boleh nerasa ragu apalagi marasa malu.”
Suami                          : “ saya lihat adik ini seorang yang terpelajar……tapi kok masih percaya dengan hal-hal klenik seperti ini?”
Si Gendut                    : “ awalnya saya memang tak percaya, tapi setelah saya membuktikanya saya jadi percaya, kalau boleh saya tau bapak kesini mau minta bantuan apa?”
Istri                             : “ suami saya kalau usaha selalu mengalami kegagalan, ya kami minta bantuan mbah supaya bisa membantu kami, terus adik sendiri kesini mau minta bantuan apa?”
Si Gendut                    : “ saya cuma mau mengantar teman saya, dia juga sama seperti saya minta untuk dicerhakn dalam berfikir.”
Perempuan Tua        : “ adik sing dianter, yang sejak tadi diam ya???memangnya pemikiran adik kurang cerah??wah saya kurang ngerti. (bingung)
Perawan tua              : “ itu lhomak biar pintar”
Perempuan Tua        : “ ooooooooo begitu…….”
Si Kurus                      : “ wanita yang didalam itu siapa? Terus yang membuat saya heran mengapa penobatan tjdak dilakukan di ruang tertutup seperti biasanya?(heran)”
Si Gendut                    : “ yah itukan supaya kalian percaya dan dpat melihata sendiri kekuatannya, karena mbah nggak mau kalau orang yang minta bantuannya ragu akan kemampuannya (yakin)
Suami                          : “ wah adik ini kok tau persis ya? (takjub)
Si Gendut                    : “ (tampak gugup) ya tentu saja saya tau……e………karena……..saya sering minta bantuan mbah gitu.”
Suami                          : “ tapi sumbangan yang harus diberikan katanya harus besar ya………kami orang miskin yang untuk makan saja kekurangan.”
Perempuan Tua        : “ sya rasa bila disbanding dengan bantuan yang mbah berikan hal itu tak masalah, bukankah itu bentuk rasa syukur kita yang telah dibntu.”
            Sejenak suasana pangung kembali hening dengan pemikiran masing-masing, tiba-tiba saja tirai yang membatasi kedua ruangan itu terbuka dan keluarlah seorang wanita yang menjadi pasien tadi. Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh kearah wanita itu. Dari balik tirai mbah dukun memanggil nama pasien yang lain.
Mbah dukun              : “ perawan tua!!!”
Sesaat perawan tua termangu dan dia berjalan dengan diiringi oleh perempuan tua memasuki ruangan yang tetutup tirai itu.
Perawan tua              : “ begini mbah……kami kesini minta bantuan sama mbah…..”
Mbah dukun              : “ hem….bawa pesyaratannya?”
Perawan tua              : “ iya mbah, sudah lengakap semuanya.”
Mbah dukun              : “ hem…”
Perawan tua              : “ mbah bisakan untuk membantu saya, mendekatkan jodoh saya, begitu lho mbah…..”
Mbah dukun              : “ hem…….”
Saat mereka tengah bercakap-cakap terdengar keributan dari arah luar, semakin lama keributan itu semakin jelas terdengar. Perawan tua melihat mbah dukun ketakutan dan berusaha melarikan diri tetapi usahanya gagal karena dia telah dicekal oleh salah satu pembuat keributan itu.
Penuntut 1                : “ heh dukun palsu mau kemana kamu!!!!!”
Perwan tua               : “ (panik) ada apa ini?”
Penuntut 1                : “ apa ibu nggak tau kalau dukun ini palsu (marah)”
Si Bijaksana              : “ iya bu dukun ini palsu dan dia bekerja sama dengan orang yangtugasnya memuji dan meyakinkan kehebatan dukun ini. Ta[pi yang kami sesalkan, kami tak mengenalorang itu…”
Semua orang yang berada di ruang tunggu masuk ke kamar praktek dukun itu. Semua orang yang tahu dirinya di tipu menjadi marah dan berniat untuk menghajar dia. Tapi tundakan massa di cegah oleh Si Bijaksana.
Si Bijaksana              : “ bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya jangan kalian menghukum dukun ini biarlah semuanya kita serahkan kepada pihak yang berwajib, selain itu kesaksian dari dukun ini tentang temannya yang membantu usahanya belum terkuak.
Penuntut 2                : “ hei dukun palsu!!!! Katakan siapa temanmu itu!!!biar dia di hukum bersamamu!!!(melotot)
Mbah dukun             : “ (menahan rasa sakit dan menunjuk salah satu diantara orang yang sejak tadi mengelu-elukan kehebatan mbah dukun)”
Penuntut 2                : “ oh kamu orangnya!!!!penipu tengik!!! Penuntut3 cepat ringkus orang itu sebelum dia melarikan diri!!!!!!”
Orang yang di panggil penuntut 3 langsung meringkus si gendut, namun uasahanya itu mendapat perlawanandari si gendut
Si Gendut                    : “ dukun tengik jangan kamu fitnah aku (marah), saudara-saudara saya juga menjadi salah satu korban penipuannya (meronta)”
Mbah dukun              : “ memang dia yang telah membantu saya (melotot) jangan mungkir kamu (hendak memukul si gendut)
Si bijaksana                : “ sudah-sudah kalian berdua sama saja. Penipu!!!saudara-saudara cepat bawa kedua penipu ini ke kantor polisi supaya  mereka mendapatkan hukuman yang setimpal… saudara-saudara sebenarenya penipuan ini tak perlu terjadi seandainya orang yang di tipu itu tidak ada. Kalian adalah orang-orang yang terpelajar dan orang yang beragama, tidak seharusnya kalian percaya dengan hal-hal yang tidak masuk akal…… meminta sesama manusia yang sama lemahnya adalah tidakan yang bodoh. Seharusnya kalian berusaha yang lebih keras dan tidak putus asa dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semua orang yang di sana menyadari kesalahannya mereka merasa malu akan tindakan yang telah mereka perbuat

Layar ditutup dengan lagu pengiring “mbah dukun” yang di populerkan oleh Alam
close