Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #2
rifanfajrin.com - Contoh Naskah Drama Anak Sekolah, #2
NIRAH
SEKOLAH
(SETTING MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN
DENGAN LAMPU YANG REDUP PADA JAM 03.00 PAGI. SEORANG WANITA 28 TAHUN MENGENAKAN
MUKENAH BERSUJUD DENGAN AIR MATA YANG TERUS MENGUCUR )
Mbak Sus : (monolog) “Ya Allah inikah jalan
yang harus hamba tempuh, tidak adakah jalan yang lebih lurus untuk hamba
tempuh? Bagaimana aku jelaskan nanti pada ibu jika sebenarnya aku tidak
bahagia.”. (ia bangun dari sujudnya kemudian mengusap air matanya, ia terisak,
matanya kosong seperti orang tidak punya akal, kanan kanannya memegang tasbih
dan mulutnya bergerak membaca dzikir. Tiba-tiba dari luar rumah terdengar suara
mobil berhenti.)
Mas
Ahsan :”Sus...sus...buka pintunya!
Dasar wanita tidak tahu di untung, membuka pintu saja lama sekali.”. (dalam
keadaan mabuk dan menggedor-gedor pintu rumah seperti orang kesurupan.)
Mbak
Sus :”Ya Allah Mas, kenapa
kamu?” (mengenakan mukenah)
Mas Ahsan :”Setan
kamu! Kamu mau menakut-nakuti aku? Dasar wanita sialan!” (mendorong tubuh Mbak
Sus hingga tersungkur kemudian mas Ahsan berjalan terhuyung menuju kamarnya.
Nila anak semata wayangnya yang masih
duduk di elas 2 SD terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan.)
Nila :”Ada apa bu,
kenapa ibu menangis?” (memeluk ibunya, namun mak Sus tidak memberi jawaban
apapun. Mbak Sus mengajak Nila untuk kembali ke kamar tidur untuk melanjutkan
tidur)
(SETTING MENGGAMBAKAN DAPUR YANG TERDAPAT
MEJA MAKAN YANG BERBENTUK BUNDAR, TERLIHAT MBAK SUS SEDANG SIBUK MENYIAPKAN
SARAPAN. NILA TIBA-TIBA MUNCUL DI HADAPAN MBAK SUS DAN LANGSUNG MENYAMBAR TEMPE
YANG BARU SAJA MATANG.)
Nila :”Pagi
bu, masak apa pagi ini? Ayah belum bangun ya bu?”.
Mbak Sus :”Nasi
goreng dan tempe sayang..., ayahmu belum bangun.”.
Nila :”Nila
bangunkan ya bu?”.
Mbak
Sus :”Jangan, lebih baik kamu
cepat mandi dan segera bersiap ke sekolah. Nanti terlambat loh?”.
Nila :” ya deh...”. (Nila lansung
beranjak dari duduknya kemudian menghilang dari hadapan Mbak Sus. Beberapa saat
kemudian Nila telah rapi dengan seragam kebanggaannya dan sudah siap untuk
menyanmtap nasi goreng buatan ibunya sementara
mbak Sus sedang menyapu.)
Mas
Ahsan :”Pagi sayang....loh mana ibumu?
Kok sarapan sendirian?” (muncul tiba-tiba dengan keadaan masih berantakan)
Nila :”Eh,
Ayah ngagetin Nila saja. Ibu lagi nyapu tuh.” (sedikit kaget) “Yah tadi malam
Ayah kenapa sih?”
Mas Ahsan :”Sus...buatkan
aku kopi!”(teriak)
(Mbak Sus langsung datang
dan membutakan kopi unytuk suaminya itu)
Nila :”bu, Nila sudah selelesai.
Nila berangkat ke sekolah dulu ya.”.(mencium tangan kedua orang tuanya)
Mbak Sus :”Hati-hati di jalan ya nak.”. (mengusap
kepala Nila dan mengantarkannya sampai depan pintu, kemudian kembali ke dapur.
Untuk beberapa menit mereka terdiam, mas Ahsan sibuk dengan kopinya.)
Mas
Ahsan :”kamu kenapa Sus? Sakit?”
(melihat ke arah mbak Sus dengan wajah seperti tidak ada apa-apa).
Mbak
Sus :”tidak.” (tanpa membalas
pandangan mas Ahsan, sibuk mengambil nasi goreng untuk suaminya itu)
Mas Ahsan :”siang
ini aku akan pergi, ada urusan sebentar.”
Mbak
Sus :”tidak pulang lagi? Urusan
apa?”
Mas
Ahsan :”apa pedulimu.” (meninggalakn
mbak Sus dan sepiring nasi tanpa menyentuhnya sama sekali.)
(SETTING MENGGAMBARKAN TERAS RUMAH DENGAN
KURSI PANJANG YANG TERBUAT DARI BAMBU, MBAK SUS DUDUK TERMANGU DI SITU DAN
PANDANGANNYA KOSONG.)
Ibu :”Sus, kamu kenapa ibu lihat
dari tadi kamu melamun. Apa ada masalah? Mana suamimu?”
Mbak Sus :”Ibu,
kapan datang.”. (kaget)
Ibu :”dari tadi, bahkan suara
angkutan umum berhenti saja kamu yidak mendengarnya? Kamu sakit.”
Mbak sus :”Ah tidak,
hanya sedang menunggu Nila pulang. Ada apa ibu tiba-tiba datang?”
Ibu :”Ibu
sedang bingung, si Nirah terus saja menolak untuk ibu jodohkan dengan Marwan.
Padahal Marwan itu baik dan kaya tapi Nirah terus saja beralasan ingin kuliah.”
Mbak Sus :”Bu, Nirah
sudah besar dia berhak untuk menentukan yang terbaik buat dirinya sendiri.”
Ibu :”Ah
kamu, tahu apa tentang yang terbaik buat Nirah. Yang terbaik ya dia menikah
dengan Marwan! Kamu sama saja dengan Nirah dan bapakmu.” (bangun dari duduknya
kemudian bergegas meninggalkan Mbak Sus)
Mbak Sus :”bu, mau kemana?”
Ibu :”tentu
saja pulang, untuk apa ibu jauh-jauh datang dan berlama-lama di sini jika pada
akhirnya pikiranmu sama dengan Nirah dan bapakmu.”
Mbak Sus :”tapi bu...”
Ibu :”Ah,
sudahlah!” (ibu segera masuk ke angkutan umum dan dengan hitungan detik
angkutan iyu melaju kencang membawa ibu pergi kenghilang dari hadapan Mbak Sus)
(SETTING
MENGGAMBARKAN SEBUAH RUMAH DI DESA YANG MASIH TERLIHAT ASRI OLEH HIJAUNYA
TUMUHAN. SEORANG GADIS SEDANG BERUMUR 18 TAHUN SEDANG MENYAPU HALAMAN RUMAHNYA
YANG PENUH DENGAN DAUN-DAUN KERING, TIBA-TIBA IBU MUNCUL DARI DALAM RUMAH)
Ibu :”Nir,
sedang apa kamu di situ. Bukankah ibu sudah bilang jika kamu harus bersiap-siap
karena nanti sore Marwan akan datang.” (sedikit marah, Nirah tidak menjawab
apapun)
(ibu
masuk ke dalam rumah sembari mengomel tidak jelas sedangkan Nirah tetap
melanjutkan pekerjaannya)
Ibu :”Dasr
anak sulit diatur. Ibu bilang cepat bersiap-siap.” (terdengar suara ibu dari
dalam rumah, karena tidak mendapatkan jawaban apapun ibupun kembali keluar
untuk menghampiri Nirah.) “Apa kamu tuli atau pura-pura tidak mendengar?”
Nirah :”Bu....Nirah
tidak mau dijodohkan dengan mas Marwan. Lagipula Nirah tidak mengenalnya?”
Ibu :”makanya kenalan dulu!”
Nirah :”Tapi
Nirah ingin mendaftar ke perguruan tinggi dan kuliah sampai menjadi sarjana.”
Ibu :”Persetan
dengan kuliah, kamu perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Toh pada
akhirnya hanya mengurus suami dan anak. Lihat saja mbakmu, di hanya lulusan MA
tapi sekarang dia bahagia dan berkecukupan bukan?
Nirah :”Tahu apa
ibu tentang kebahagiaan mba Sus?” (sambil memasukan dun kering yang sudah
dikumpulkan dan memasukannya ke dalam tong sampah)
Ibu :”keterlaluan kamu Nir.”
(teriak ibu yang hampir sja menampar Nirah.)
Bapak :”Ibu...apa-apaan
kamu ini?” (tiba-tiba Bapak datang dengan membawa cangkul yang ia taruh di
punggungnya karena Bapak baru pulang dari sawah.)
Ibu :”Tanyakan saja pada anak
kesayanganmu ini!” (mukanya masam)
Bapak :”Sudah-sudah,
sekarang masuk saja dulu. Kita bicarakan di dalam saja tidak enak rasanya di
lihat tetangga.” (Bapak membujuk keduanya untuk masuk dan merekapun mengikuti
langkah Bapak.)
Bapak :”Bu,
buatkan bapak kopi.” (Ibu langsung membuatkan bapak secangkir kopi sedangkan
nirah bersiap mandi.) “sebenarnya ada sih bu?”
Ibu :”Halah,
bapak pasti sudah tahu apa yang membuat ibu marah.” (sambil mengaduk-aduk
kopi.)
Bapak :”Apa maksud ibu?”
Ibu :”itu
tuh anak kesayanganmu tidak pernah mau mendengarkan kata-kataku.”
Bapak :”Nirah
kenapa lagi, bukankah selama ini dia adalah anak yang baik dan menuruti
kata-kata kita?”
Ibu :”Bapak
ini selalu saja membela Nirah.” ( duduk di samping bapak yang sedang
mengipas-ngipas badanya dengan caping)
Bapak :”Ya sudah,
sekarang ceritakan pada bapak apa yang
Nirah lakukan pada ibu?” (Ibu terdiam sejenak dan menunduk)
Ibu :”Ibu
hanya ingin Nirah bahagia menikah dengan Marwan seperti Sus dengan Ahsan, tapi
dia menolaknya dengan berbagai alasan, tidak kenal lah, ingin kuliah lah. Gimana
ibu tidak marah coba?”
Bapak :”Bu,
sekarang ini jamannya sudah berbeda dengan jaman kita dulu. Lagipula niat Nirah itu baik, dia ingin melanjutkan
sekolahnya sampai tinggi seharusnya ibu mendukung Nirah.”
Ibu :”Bapak ini bagaimana? Bukannya mendukung ibu
malah membela Nirah.”
Nirah :”Nirah
ingin sekolah bu..., Nirah tidak mau seperti mbak Sus yang hanya duduk manis
menunggu suaminya pulang dan bergantung pada suami. Apa ibu tidak ingin melihat
anak ibu sukses dan bahagia?” (tiba-tiba Nirah keluar dari kamar mandi)
Ibu :”Kebahagiaan
macam apa yang ingin kamu cari? Apa kamu pikir ibu sembarangan memilih Marwan,
justru karena ibu ingin melihatmu bahagia. Siapa bilang Mbakmu tidak bahagia
buktinya dia tidak pernah mengeluh apapun pada ibu.” (mengalihkan pandangan ke
arah Nirah)
Nirah :”Tapi bu Nirah tidak kenal dan
mencintai mas Marwan.”
Ibu :”Persetan
dengan cinta, ibu menikah dengan ayahmu juga bukan karena cinta tapi karena di
jodohkan. Tapi lihat sekarang bapak dan ibumu masih baik-baik saja bukan?
Begitupun dengan mbakmu. Dia bahagia meski dulu ia tidak mengenal Ahsan
sebelumya.” (bapak hanya diam melihat keduanya beadu argumen, wajah bapak
terlihat lelah)
Nirah :”Ibu
salah, di man nalurimu Bu? Apa Ibu tidak bisa melihat jika sebenarnya Mbak Sus
tidak bahagia dengan pernikahannya?”
Ibu :”Ah,
omong kosong apa lagi kamu? Sudahlah ibu capek bicara denganmu, pokoknya ibu
tidak mau tahu jam 19.00 nanti Marwan datang dan kamu harus menemuinya.”
(meninggalkan keduanya)
Nirah :”Pak...Nirah ingin sekolah..”
(Duduk dan besandar di bahu bapaknya)
Bapak :”kamu sabar
saja, jangan terlalu dipkirkan. Biar nanti bapak bicara lagi dengan Ibumu.”
(mengusap-usap rambut Nirah yang panjang tergerai)
(SETTING MENGGAMBARKAN
RUANG TAMU RUMAH NIRAH, TERDENGAR SUARA ORANG MENGETUK PINTU KEMUDIAN IBU
MEMBUKANYA)
Ibu :”Eh....nak
Marwan sudah datang, masuk dulu nak. Silahkan duduk.” (sambut ibu dengan ramah)
“sebentar Ibu panggilkan Nirah dulu.” (ibu meninggalkan Marwan dan segera masuk
untuk memanggil Nirah)
Nirah :”Siapa yang datang bu?”
Ibu :”ya sudah
pasti Marwa lah, cepat buatkan dia minun lalu temani dia ngobrol.” (suruh Ibu
kemudian menghilang dari hadapan Nirah, Nirah mematuhi perintah ibunya meski
dengan wajah terpaksa. Sesaat kemudian Nirah muncul di hadapan Marwan dengan secangkir kopi yang
ia bawa)
Marwan :”Dek...”
(sapa Marwan dengan menanggukan sedikit kepalanya, namun tidak di balas oleh
Nirah)
Nirah :”Silahkan
Mas diminum.” (suaranya lembut namun wajahnya terlihat cemberut)
Marwan :”Oh iya, iya makasih dek.” (suaranya
gugup)
(untuk
beberapa menit mereka tenggelam dalam kebisuan, suara jangkrik yang saling
bersautan menambah nilai sunyi)
Marwan :”Kok diam
saja dek, bagaimana kalau kita keluar mencari udara segar.” (ajak Marwan yang
dari tadi tidak melepaskan pandangannya
dari wajah Nirah)
Nirah :”Ah tidak
usah mas, lagipula mana ada udara malam yang segar.” (jawab Nirah tanpa
memandang lawan bicaranya)
Marwan :”Oh
ya sudahlah, dek kamu pasti sudah tahu siapa aku nantinya buat kamu. Aku harap
kita bisa cepat-cepat menikah karena sudah dari dulu mas menyukai dek nirah.”
Nirah :”Nirah tidak mau mas.” (jawab
Nirah singkat)
Marwan :”Apa
maksudmu dek..kamu pasti bercandakan?”
Nirah :”Nirah
serius mas, Nirah tidak mau menikah dengan mas Marwan karena Nirah tidak
mencintai mas lagipula Nirah masih ingin melanjutkan sekolah Nirah.”
Marwan :”Untuk apa
kamu repot-repot sekolah, toh aku punya segalanya. Aku bisa memenuhi semua
kebutuhanmu tanpa harus capek-capek kerja.”
Nirah :”Bukan itu yang Nirah inginkan
mas.”
Marwan :”Alasan saja
kamu, sudah untung aku mau menikahimu. Apa aku kurang kaya? (sudah mulai marah)
Nirah :”Bukan mas, aku sudah
bilangkan...aku tidak mencintaimu.”
Marwan :”Tai
kucing dengan cinta, memangnya kamu mau hidup dengan cinta?
(Nirah hanya diam, kemudian Ibu keluar karena mendengar suara Marwn
yang semakin meninggi.)
Ibu :”Ada apa nak?” (wajah ibu seperti orng bingung)
Marwan :”tanyakan
saja paa anakmu yang sombong itu!” (mergepalakan tangannya dan tulang rahangnya
mengencang)
Nirah :”Ada
apa Nir?” (tanya Ibu, Nirah tidak menjawab apapun dan langsung berlari menuju
kamarnya.)
Marwan :”Saya kecewa
dengan anak Ibu.” (meninggalkan rumah Nirah dengan wajah kecewa dan marah, ibu
terlihat malu kemudian Ibu masuk ke dalam untuk mencari Nirah.)
Ibu :”Dasar
anak tidak tahu diuntung, keluar kamu!” (menggedor-gedor kamar Nirah yang
terkunci dari dalam.)
Bapak :”Sudahlah
Bu, jangan terlalu keras sama Nirah. Biarkan dia memilih jalan hidupnya toh dia
sudah cukup dewasa untuk menentukan sikap.”
Ibu :”Keras
bagaimana maksud bapak? Justru bapak yang terlalu lembek sama Nirah lihat akibatnya dia kurang ajar sama Ibu.”
(berdiri di depan kamar Nirah)
Bapak :”Masa depan Nirah itu masih
panjang bu.”
Ibu :”masa
depan Nirah itu ya menikah dengan marwan pak...”
Bapak :”Bu, Nirah
itu anak jaman sekarang yang pikirannya sudah maju. Tidak bisa dipaksa.”
Ibu :”Maju bagaimana? Justru pikiran Nirah itu rusak
karena menolak Marwan.”
Nirah :”Nirah
ingin sekolah bu....” (Nirah sesegan karena menangis di kamar) “Nirah tidak
ingin seperti mbak Sus.”
Ibu :”Mbak
Sus terus yang dijadikan alasan,
memangnya kamu tahu apa tentang mbakmu? Dia bahagia kok.”
Nirah :”Itu menurut Ibu.”
Ibu :”Apa
maksudmu? Kamu hanya inginmencari-cari alasan kan? Tidak akan berhasil Nir,
karena ibu sudah sangat yakin dengan pilihan ibu.”
Bapak :”sudah-sudah, tidak enak
kedengaran tetangga.” (bapak mencoba melerai)
(SETTING MENGGAMBARKAN
RUANG KELUARGA DI RUMAH MBAK SUS PADA PUKUL 20.00, TERLIHAT MBAK SUS, MAS
AHSAN, DAN NILA SEDANG ASIK MENONTON TELEVISI)
Mbak Sus :”Mas
sudah lama aku tidak ke rumah ibu, besok
pagi aku ingin ke rumah ibu dan menginap di sana untuk beberapa hari lagipula
nila sedang libur sekolahnya.”
Mas Ahsan :”Ya...tapi aku
tidak bisa ikut karena besok ada urusan dan mungkin tidak pulang untuk beberapa
hari.” (jawab Mas Ahsan cuek)
Mbak Sus :”Urusan
apa mas?” (tanya mbak Sus penasaran)
Mas Ahsan :”Halah, kamu
tidak perlu tahu. Yang penting aku tidak pernah terlambat memerimu uang belanja
bukan?” (jawab mas Ahsan cuek sembari mengganti-ganti chanel)
(SETTING MENGGAMBARKAN
HALAMAN RUMAHMBAK SUS PAA PAGI HARI, MBAK SUS DAN NILA SUDAH BERSIAP DENGAN TAS
YANG BERISI BEBERAPA PAKAIAN DAN MENUNGGU ANGKUTAN UMUM KARENA MAS AHSAN TIDAK
BISA MENGANTARKANNYA)
Mbak Sus :”Aku
pergi dulu ya mas.” (mencium tangan mas Ahsan)
Mas Ahsan :”ya, hati-hati
di jalan dan sampaikan salamku untuk bapak, ibu, dan dek Nirah.” (mbak Sus
segera pergi setelah angkutan umum berhenti di depan rumahnya)
(SETTING RUMAH NIRAH,
DAN MBAK SUS LANGSUNG MENUJU KAMAR NIRAH KARENA TIDAK ADA SATU ORANGPUN DI
RUMAH)
Mbak Sus :”Nir, sedang apa kamu?”
Nirah :”Eh
Mbak sus, ngageti saja. Kapan datang mba mana Nila?” (kaget)
Mbak Sus :”Barusan,
Nila di depan TV. Mana ibu dan bapak? Kok sepi?” (tanya mbak Sus dan duduk di
samping Nirah).
Nirah :”bapak
biasa di sawah dan ibu sedang ada pengajian di rumah bu Sipah. Ada apa mbak
tiba-tiba datang?
Mbak Sus :”Entahlah perasaan mbak kurang enak,
makanya mbak kesini. Semua baik-baik saja kan? (tanya Mbak Sus yang di jawab
tangis Nirah, kemudian Nirah memeluk mbak Sus) “kenapa kamu Nir?”
Nirah :”Nirah
bingung mbak, ibu terus saja memaksa Nirah agar menikah dengan mas Marwan?
Nirah ingin kuliah mba...” (melepas pelukannya dan mengusap air matanya) “ oh
iya bagaiman keadaan keluarga mba? Apa mas Ahsan masih sering memukuli mba?”
Mbak Sus :”Entahlah Nir,
sudah hampir sepuluh tahun mbak menikah dengan mas Ahsan namun mbak masih belum
bisa memahaminya dan sepertinya mas Ahsan menyembunyikan sesuatu dari mbak.”
(SETTING DAPUR RUMAH
NIRAH, BARU SATU MALAM MEREKA MENGINAP TAPI NILA SUDAH MERENGEK PULANG. JELAS
SAJA KARENA DI RUMAH NIRAH TIDAK ADA ANAK SEUMURAN NILA)
Mbak Sus :”Aku
pulang dulu ya pak, bu, nir.” (menyalami satu per satu)
Bapak :”Hati-hati
ya nak..” (jawab Bapak sembari mencium pipi Nila)
(merekapun segera pergi dengan angkutan umum yang dari tadi sudah
menunggu, beberapa jam berlalu akhirnya mereka sampai juga di depan rumah.
Namun, mbak Sus bingung karena pintu rumahnya terbuka)
Mbak Sus :(monolog)
“bukankah rumah sepi? Atau jangan-jangan urusan mas Ahsan sudah selesai.” (mbak
Sus masuk dengan langkah biasa naun saat mbak Sus di depan kamarnya ia berhenti
seketika karena mendengar ada suara orang bercanda di dalam kamar. Dengan
tangan gemetaran mbak Sus menyibak tirai pintu kamarnya.)
Mbak Sus :”Mas?” (bibir
mbak Sus gemetar melihat mas Ahsan sedang bercumbu dengan seorang laki-laki, kemudian mas Ahsan
langsung beranjak dan mendekati mbak Sus)
Mas Ahsan :”Dasar kurang
ajar, kamu membohongiku? Kamu bilang pulang besok pagi.” (menampar dan
menjambak rambut mbak Sus, sementara Nila menangis di samping pintu kamar
melihat peristiwa itu.)
Laki-laki :”Sayang aku
pergi aja yah” (memakai kaos dan segera keluar dari kamar, namun mas Ahsan
masih terfokus pada mbak Sus)
Mbak Sus :”Jadi ini yang mas Ahsan sembunyikan
dari aku.” (menangis)
Mas Ahsan :”Diam kamu!”
(teriak Mas Ahsan dan melepaskan jambakannya kemudian ia terjatuh lemas dan
kedua tangannya menutupi wajahnya, mas Ahsan menangis. Mbak Sus mencoba memeluk
mas Ahsan namun mas Ahsan menolaknya) “sekarang kamu tahu siapa aku, aku
homo...sebelum menikah aku ingin mengatakannya padamu tapi Ayahku mengancamku.”
(suara mas Ahsan lemas) “dua hari lagi aku akan mengurus perceraian kita.”
(mbak Sus terus menangis dan mas Ahsan beranjak dan meninggalkan mbak Sus)
(akhirnya
mbak Sus dan mas Ahsan bercerai namun mbak Sus menyampaikan berita itu pada
keluarganya setelah semuanya sudah selesai. Tentu saja ibu mbak Sus kaget dan shock mendengar kabar itu. Ibu tidak
menyangka jika pilihan yang dia anggap benar ternyata sudah menyengsarakan mbak
Sus selama 10 tahun. Pada Akhirnya Ibu sadar dan mengurungkan niatnya untuk
menjodohkan Nirah dengan Marwan dan Nirah pun bisa melanjutkan cita-citanya.)