Main Alat Musik Ritmis



Jumat pagi, 13 November 2015, siswa kelas 3B SD Labschool Unnes unjuk gigi memainkan alat musik ritmis. Alat musik ritmis adalah alat musik yang tidak memiliki nada. Berbeda dengan alat musik melodis. Alat musik melodis adalah alat musik yang memiliki nada, seperti gitar, seruling, biola, atau piano. Karena tidak memiliki nada, maka fungsi alat musik ritmis adalah untuk mengiringi sebuah lagu atau nyanyian. Ada pun contoh alat musik ritmis adalah drum, rebana, kendang, atau simbal.

Memainkan alat musik ritmis bagi anak SD ternyata gampang-gampang susah. Hal itu terlihat ketika kemarin mereka praktik secara berkelompok memainkan alat musik tersebut. Jujur saja, ini berada di luar perkiraan saya. Pada awal pembelajaran musik ritmis, saya mencontohkan kepada anak-anak, terutama anak laki-laki yang suka "glodhakan" di dalam kelas sambil nyanyi-nyanyi. Mereka biasanya suka nyanyi lagu yang sudah sangat saya akrabi sejak saya kecil, yaitu lagu "Dithuthuk nganggo pipo ledeng" :) 

Nah, ketika mereka glodhakan membuat "keributan kecil" itu, mereka terlihat sangat kompak baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan. Bahkan beberapa atau nyaris semua anak di kelas ini pun hapal lagu tersebut. Hasilnya, andai "harmonisasi" lagu yang tercipta itu tidak dilaksanakan di lingkungan sekolah, pastilah itu terdengar bagus. Akan tetapi, karena itu dilakukan di lingkungan sekolah, maka tentu saja akan menimbulkan kesan urakan: Para siswa glodhakan! (Yah, meskipun dulu ketika saya masih duduk di bangku sekolah saya juga suka melakukannya, dan kami merasa hepi) Hehehe.

Oleh sebab itulah, saya mengambil keputusan untuk praktik main alat musik ritmis itu karena beberapa tujuan/alasan:
1) Semata-mata karena materi pelajaran anak-anak kelas 3 sudah sampai pada bab tersebut
2) Memfasilitasi anak-anak untuk "glodhakan" di dalam lajur yang benar, yaitu pada saat pembelajaran, dan
3) Tentu saja, agar kelas kami merasa hepi (asyik-asyik saja)

Jadilah sejak seminggu sebelum pelaksanaan pentas musik ritmis hari Jumat kemarin itu, sudah kami buat 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 orang anak. Mereka saya minta untuk berlatih dan berkreasi sendiri masing-masing kelompok. Mereka pun boleh berlatih di sekolah dengan syarat tidak mengganggu jam pelajaran (berlatih saat istirahat atau pulang sekolah). Tidak ketinggalan, mereka saya ajak terlebih dulu untuk melihat contoh permainan alat musik ritmis menggunakan alat-alat sederhana atau bahkan peralatan dapur lewat vidio-vidio di youtube.

Anak-anak pun semangat sekali menyambutnya. Anak-anak pun mulai menyiapkan alat musiknya masing-masing, seperti: galon, kaleng biskuit, botol kaca bekas sirup dan kecap, sendok dan sumpit, tutup panci sebagai simbal, dan botol air minum kemasan yang mereka isi dengan sedikit beras. Hehehe. 

Kelihatannya mudah! Ya, kelihatannya memang mudah sekali untuk dipraktikkan. Akan tetapi bagaimana hasilnya? Pada waktu yang telah ditentukan, anak-anak terlihat kebingungan satu sama lain. Kekompakan masih belum ada di dalam kelompok mereka masing-masing. Mereka menyanyikan lagu: "Terima Kasih Guruku (Pagiku Cerahku)", "Ibu Kartini", dan "Twinkle Twinkle Little Star" dengan iringan yang masih monoton.

Yah, sampai di sini saya menyadari bahwa bermain alat musik ritmis tidak segampang yang dibayangkan. Tentu saja ada proses latihan dan bimbingan dari guru juga idealnya. Namun, dasar saya ini guru yang sedikit sekali memiliki keterampilan pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), saya biarkan anak-anak untuk berlatih sendiri. Bagaimana pertama-tama kita harus berlatih ketukan lagu terlebih dahulu, kemudian barulah kita ciptakan bunyi-bunyian ritmis sebagai pengiring itu! Hihihi.

Namun, tidak masalah! Semuanya tidak akan menjadi masalah. Yang penting secara teori anak-anak tahu bahwa alat musik ritmis adalah alat musik yang tidak memiliki nada, dan berfungsi sebagai pengiring lagu/nyanyian. Kemudian, yang penting lagi adalah, tujuan agar hepi/senang-senang di akhir pekan (Jumat adalah hari terakhir pembelajaran di sekolah kami) sudah tercapai. Anak-anak senang karena semua anak saya kasih jajanan kecil karena telah berani tampil dan berkreasi.

Namun, bagaimana pun saya harus memilih juaranya. Karena ada tiga kelompok, maka otomatis semua kelompok akan meraih juara, yaitu Juara I, Juara II, dan Juara III. Hadiahnya pun cukup menggiurkan. 

Inilah hadiah dari perlombaan musik ritmis kelas 3B itu:
  • Juara III akan mendapatkan jajan + uang 1.000.000 Yen
  • Juara II akan mendapatkan jajan + uang 2.000.000 Yen
  • Juara I akan mendapatkan jajan + uang 3.000.000 Yen
Hadiah tersebut diberikan pada akhir pembelajaran sesaat setelah pengumuman pemenang. Anak-anak pun berteriak kegirangan demi mendengar akan mendapatkan uang jutaan Yen. Namun, beberapa saat kemudian mereka menyadari bahwa saya sedang bergurau belaka dengan menjelaskan maksud "Yen" itu bukan sebagai mata uang, tetapi "Yen ono duwite" (dalam bahasa Jawa, artinya: Kalau ada uangnya) atau "Yen aku wes dadi bos konglomerat" (artinya: Kalau aku sudah jadi bos/konglomerat) Hehehe.

Nah, sampai di sini, tentu saja tujuan yang ketiga dalam setiap pembelajaran yang saya berikan semoga saja akan tercapai, yaitu: yang penting hepi. :) Ya, demi mengajar di kelas bawah, saya memiliki sebuah keyakinan yang entah itu benar atau tidak, bahwa yang terpenting bagi anak-anak adalah merasakan kenyamanan dalam setiap proses belajar mereka. Adapun materi yang (se)harus(nya) mereka dapatkan, itu adalah persoalan gampang. Jika anak-anak sudah nyaman berada di kelas, senang setiap kali datang ke sekolah, maka materi pelajaran yang masyaalloh banyaknya itu akan gampang saja mereka kuasai. Insyaalloh!


close