Jangan Mengeluh! Di Sana Lebih Panas!





Akhir-akhir ini kelas kami terasa panas dan gerah. Itu mungkin karena musim hujan telah berganti kemarau. Sebenarnya ruang kelas kami telah dilengkapi dengan pendingin ruangan atau AC (Air Conditioner). Akan tetapi, AC di ruangan kami tidak berfungsi secara normal. Jadilah ruang kelas yang tidak ada jendela yang cukup besar itu, karena ruang kelas kami memang dirancang untuk ruangan ber-AC, terasa panas.

Dengan kondisi demikian, tentu saja aktivitas belajar murid-murid pun terganggu. Bagaimana mereka bisa belajar dengan nyaman apabila ruangan terasa tidak mengenakkan, bahkan “menyiksa”? Terutama ketika hari beranjak siang yaitu selepas istirahat ke-dua ketika bayangan kita tepat berada di bawah kaki sendiri.
Anak-anak pun mengeluh. Dengan keringat bercucuran, diantara mereka berkata,atau mungkin mempertanyakan, “Pak, kelas kita kenapa menjadi panas begini?”
“Pak, mbok AC-nya diperbaiki?” timpal seorang siswa lainnya. Dia dan semua anak di kelas memang sepenuhnya tahu, bahwa kegerahan mereka karena AC yang rusak itu!
Aku tidak tega melihatnya, tetapi apa yang bisa kuperbuat? Aku sendiri tidak bisa membetulkan AC. Lagipula, persoalan AC yang rusak ini merupakan bagian dari tanggung jawab Sarana Prasarana sekolah. Maka, aku hanya bisa menjawab, “Sabarlah! Saya sudah menghubungi Sarana Prasarana untuk membetulkan AC-nya!”
Biasanya kalau sudah begitu, aku lantas mengajak mereka untuk belajar di luar ruangan kelas. dengan membawa papan tulis (white board) kecil, aku mengajak mereka ke panggung sekolah yang selalu terlindung dari sinar matahari. Atau, mencari tempat yang dekat dengan pepohonan yang memang tersedia cukup banyak di sekolah kami. Toh, kata kawan-kawan yang begitu intens memperhatikan masalah pendidikan, berkata bahwa alam ini adalah ruang kelas yang luas. Hehehe. Selain itu, aku kadang mengajak mereka untuk sejenak menyegarkan diri dengan berwudhu dan salat berjamaah Zuhur.
Namun, siang itu, karena kami kebanyakan sudah salat Zuhur, aku tetap bertahan untuk berada di dalam kelas. Aku mengajak anak-anak untuk bersabar, bersabar, dan bersabar.
“Padahal kemarin baru saja diperbaiki!” gerutu seorang anak, wajarlah dia tidak bisa sabar.
Hampir saja meledak marahku. Akan tetapi, untuk apa marah-marah di dalam kelas.Guru yang marah-marah di dalam kelas akan selalu tampak goblok dan tidak becus mengelola kelas. Hihihi. Maka aku menjawab, “Apakah bila kalian merasakan panas, saya tidak merasakan panas? Tentu saja saya juga merasakan apa yang kalian rasakan.”
“Tapi, Pak….”
“Sudah! Kalian jangan mengeluh saja!” seorang anak memotong perkataan temannya. Oh, rupanya anak itu adalah Mia. Dia merupakan anak yang biasa membandel di kelas kami. “Kelas kita belum seberapa panasnya bila dibandingkan dengan neraka!”
Hahaha! Jujur saja aku sedikit terkejut dengan perkataan Mia, tetapi sedetik kemudian aku terbahak.
“Nah, begitulah, anak-anak! Benarlah kata Mia, neraka lebih panas dari apa  pun di dunia ini. Kalau kita di sini saja sudah mengeluh, bagaimana kalau…. ah, maaf, semoga kita semuanya selamat dari api neraka!” kataku, hampir saja aku kelepasan tentang neraka.
Serempak anak-anakku berkata, “Amiiin!”
Baiklah, ayo kita lanjutkan pelajaran kita! []
close