Analisis Puisi: Sosok Misterius yang Tak Pernah Mati

Sekadar Catatan Terhadap Catatan Sepuluh Karya Yudho Ahong
Oleh M. Rifan Fajrin

Sebuah perselingkuhan telah terjadi. Sosok misterius telah lahir dari benih harimau kumbang melalui rahim ular. Sosok misterius yang tak memiliki [jenis] kelamin, meski ia adalah sosok yang penuh nafsu, juga memiliki hati yang selalu setia pada pembantaian. Sosok misterius itu begitu menakutkan: dengan cakar yang panjang dan taring berbisa, bersisik hitam. Siapa [dan seperti apa] sosok misterius ini? Sosok misterius akan selalu diburu, ia akan terus dicari pengetahuan tentang dia, baik ia sosok protagonis maupun antagonis. Dari mana asalnya dia?
Berhembus kabar, melalui desas-desus pergunjingan tentang dia lewat dugaan dan pergunjingan. Ia adalah titisan kejahatan. Satu hal yang mencengangkan, ia bisa menjelma ibarat mati satu tumbuh seribu. Ia telah menjadi nabi bagi pengikut setianya. Ia tak akan pernah mati, selalu tercecer mengikuti cerita sejarah kehidupan manusia, dan alam semesta.
***
Berikut ini adalah Catatan Sepuluh
Jauh sana dalam kabut basah ketika hujan yang terus saja turun, aku lahir. Ayahku harimau kumbang, ibuku ular yang langsung membuangku sesaat setalah kelahiranku. Tanganku bercakar panjang, taringku berbisa. Aku bukan lelaki, bukan perempuan. Bersisik hitam. Hatiku yang setia meski cacat. Setia pada pembantaian. Seisi gunung takut padaku. Mereka takut dibunuh, mereka takut dibantai. Tapi aku tak memakan bangkai, tidak tumbuhan, tidak juga daging segala daging. Aku tumbuh melahap rasa takut, bernafas dari gelisah jerit makhluk rimba, juga rasa takut dan dendam para manusia, mengembara bersama angin, menghasut, memperkosa, dan yang paling kusukai adalah membunuh rasa kemanusiaan... pernah aku diburu warga kampung, ditembak dan dicincang, lalu bangkaiku ditinggal seadanya. Tapi tentu kau tahu, AKU TAK PERNAH DAN TAK AKAN MATI. Karena aku bernafas dari murninya kerakusan, dendam, dan pembantaian… []Top of FormBottom of Form
close